Sabtu, 22 Oktober 2011

tajuk rencana


Perekonomian Vietnam Tersendat
Bahaya korupsi dan inefisiensi semakin dirasakan sebagai faktor penghambat percepatan proses pembangunan ekonomi Vietnam.
Pernah disebut-sebut sebagai salah satu calon macan Asia, perekonomian Vietnam kini berada di bawah tekanan berat. Angka inflasi tahun lalu, misalnya, mencapai 11,8 persen, sementara defisit perdagangan mencapai 12 miliar dollar AS dan defisit anggaran 7,4 persen atau melampaui perkiraan semula 6,2 persen.
Gambaran kerapuhan ekonomi semakin terlihat jelas dalam nilai tukar mata uang dong yang didevaluasi sampai tiga kali dalam 14 bulan terakhir. Sebagai dampaknya, masyarakat memburu dollar dan emas karena tidak terlalu percaya lagi kepada dong.
Guncangan ekonomi bahkan membuat oleng kelompok galangan kapal Vinashin yang menjadi salah satu andalan industri bangsa itu. Galangan kapal itu memiliki utang 4,4 miliar dollar AS dan gagal mencicil utangnya kepada kreditor internasional, bulan lalu. Kegagalan Vinashin, sebagai perusahaan negara, telah memberikan dampak negatif atas tingkat kepercayaan terhadap sejumlah perusahaan negara yang semula diharapkan sebagai lokomotif dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
Ancaman kebangkrutan Vinashin tidak terlepas dari manajemen pemerintahan yang tidak efisien dan korup di bawah sistem totalisasi dan sentralisasi komunisme. Perkembangan di Vietnam sekaligus memperlihatkan potret berbeda dengan China meski sama-sama menganut satu sistem partai, Partai Komunis.
Para pemimpin Partai Komunis di China justru berada di garis depan dalam kampanye memberantas korupsi dan menegakkan efisiensi. Pengalaman China memperlihatkan, pertumbuhan ekonomi melesat dengan cepat sejak praktik korupsi mulai diberantas secara serius dan tata kelola pemerintahan bersih dijalankan.
Bagaimanapun kejahatan menjadi faktor penghambat paling berat bagi kemajuan ekonomi dan bisa menjadi sandungan berbahaya menuju jurang kebangkrutan negara dan bangsa. Vietnam atau Indonesia tidak bisa melesat maju dalam pertumbuhan ekonomi jika terus disandera oleh praktik korupsi yang merebak luas dari pusat sampai ke daerah-daerah. Upaya pemberantasan korupsi masih sebatas retorika, belum memperlihatkan keseriusan.
Para analis berkesimpulan, praktik korupsi dan inefisiensi tidak hanya menghambat, tetapi juga mengancam kemajuan ekonomi Vietnam. Pemerintah Vietnam kini berjuang keras untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang rata-rata 7 persen per tahun. Kongres lima tahunan Partai Komunis yang diadakan pekan ini akan dijadikan ajang mengevaluasi perekonomian, tetapi tampaknya jauh lebih penting bagaimana mencari terobosan bagi pembangunan yang lebih cepat, bebas korupsi, dan lebih efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar