Kasat Pol PP Lobar |
GIRI MENANG
– Kisruh di Sat Pol PP yang terjadi hampir sebulan
ini akhirnya Kasatpol PP Lombok
Barat, I Nengah Sugiartha menyampaikan pernyataan sikapnya. ia meminta semua
pihak seperti anggota, para perwira di Satpol PP menahan diri dan mengharapkan
tak mudah termakan isu-isu menyesatkan yang bisa memecah belah internal. Dan ia
juga berharap isu-isu yang banyak beredar tak disangkut pautkan dengan dirinya.
Kasatpol PP
ditemui di Giri Menang, Selasa (26/5) menyatakan berbesar hati menghadapi
kondisi internal Pol PP dan bahka ia pun tak rela masuk sebab khawatir menambah
persoalan meskipun katanya secara aturan masih sah menjadi Kasat Pol PP. “Saya
selaku kasat berharap masalah cepat selesai, pada kesempatan ini saya mengajak
semua pihak di Satpol pp untuk menahan diri,” harapnya
Ia
menambahkan, kondisi seperti ini jangan sampai dimanfaatkan oleh oknum yang tak
bertangugng jawab sehingga Satpol PP terus berkonflik tidak henti-hentinya
padahal secara peribadi dirinya sangat berbesar hati dan ingin mendekatkan diri
dengan para anggota. “Persoalan tuntutan anggota terkait meminta dirinya mundur
dari jabatan, ia serahkan sepenuhnya ke pimpinan untuk memproses tuntutan
itu,”katanya
Ia juga
mengklarifikasi terkait isu-isu yang banyak beredar menyeret namanya, seperti
ia diisukan mengumpulkan preman untuk menyelesaikan masalah di satpol PP. Hal
ini katanya tidak benar, selain itu beberapa isu yang menurutnya tidak etis
dituduhkan kepadanya. Seperti ia dituding menyuruh sekretatis Kasat bernama
Titin untuk membersihkan toilet. Itu juga tidak benar. “Ini kan tidak etis,
masak menyuruh anggota kayak gitu,” terangnya
ia juga
tidak membenarkan, bahwa pernah mengancam anggota dan menampar anggota satpol
PP. katanya hanya menyanksi anggota yang tidak disiplin bernama Sanur Apriyanto
dengan menyuruh pus up. Dalam kondisi ini, ia akan berupaya mendekatkan diri
dengan semua unsur di satpol PP, supaya kondisi kembali kondusif supaya
pelayanan kepada masyarakat menjadi kondusif lagi.
Dalam
kesempatan itu, ia juga mengklarifikasi beberapa tuntutan tertulis yang
disampaikan anggota terhadapnya. Seperti proyek pembangunan pos jaga (pos
ronda) tahun 2014 bukan pembangunan pos
linmas, supaya tidak muncul kecemburuan dari 122 desa sedangkan pos jaga hanya
ada 10 unit sehingga dibangun di masing-masing kantor camat. Perihal
keberangkatan anggota ke bandung, ia menampik jika ia menetapkan uang makan
hanya Rp 10 ribu tiap kali makan. Namun
semuanya, diatur oleh bendahara untuk biaya akomodasi anggota.
Terkait
tuduhan melakukan ancaman (menekan) kades Suranadi untuk tidak mengeluarkan
surat rekomendasi izin untuk beberapa vila di daerah itu, seperti vila Assoy
dan vila pondok Gede. Karena ia sendiri tak punya kewenangan melakukan itu,
rekomendasi itu tidak dikeluarkan oleh pihak camat dan kades karena kebijakan
untuk tidak menambah pembangunan vila di daerah itu. Bahkan katanya, ada oknum
di satpol PP yang diduga menerima uang sebesar Rp 9 juta untuk pengurusan izin
itu, dan ia memerintahkan untuk mengembalikan uang itu.
Selain itu,
beberapa tuntutan terkait kendaraa dinas. Termasuk pengadaan tiga kendaraan
dinas yang belum dilengkapi dokumen. Menurutny,a hal ini dikarenakan saat itu
belum keluar E Katalog, sehingga tidak ada dasar penentuan harga. Namun ketika
E catalog keluar, maka dokumen pengadaan kendaraan itu dilengkapi. Terkait plat
mobil patwal Sedan dan Ranger saat konvoi HUT Pol PP di Praya, saat itu plat
mobil belum keluar. “Kendaraan itu tidak pernah saya pakai
sehari-hari,”ujarnya.
Ia juga membantah jika ia mengumpulkan empat unit kendaraan dinas di
rumah pribadinya, ia mengaku dua unit kendaraan ditaruh dirumahnya karena saat
itu belum keluar plat sehingga tidak bisa dipergunakan kemana-mana, kendaraan
ini juga dicat. “Bisa dicek,” tegasnya (dik)
GIRI MENANG
– Kisruh di Sat Pol PP yang terjadi hampir sebulan
ini akhirnya Kasatpol PP Lombok
Barat, I Nengah Sugiartha menyampaikan pernyataan sikapnya. ia meminta semua
pihak seperti anggota, para perwira di Satpol PP menahan diri dan mengharapkan
tak mudah termakan isu-isu menyesatkan yang bisa memecah belah internal. Dan ia
juga berharap isu-isu yang banyak beredar tak disangkut pautkan dengan dirinya.
Kasatpol PP
ditemui di Giri Menang, Selasa (26/5) menyatakan berbesar hati menghadapi
kondisi internal Pol PP dan bahka ia pun tak rela masuk sebab khawatir menambah
persoalan meskipun katanya secara aturan masih sah menjadi Kasat Pol PP. “Saya
selaku kasat berharap masalah cepat selesai, pada kesempatan ini saya mengajak
semua pihak di Satpol pp untuk menahan diri,” harapnya
Ia
menambahkan, kondisi seperti ini jangan sampai dimanfaatkan oleh oknum yang tak
bertangugng jawab sehingga Satpol PP terus berkonflik tidak henti-hentinya
padahal secara peribadi dirinya sangat berbesar hati dan ingin mendekatkan diri
dengan para anggota. “Persoalan tuntutan anggota terkait meminta dirinya mundur
dari jabatan, ia serahkan sepenuhnya ke pimpinan untuk memproses tuntutan
itu,”katanya
Ia juga
mengklarifikasi terkait isu-isu yang banyak beredar menyeret namanya, seperti
ia diisukan mengumpulkan preman untuk menyelesaikan masalah di satpol PP. Hal
ini katanya tidak benar, selain itu beberapa isu yang menurutnya tidak etis
dituduhkan kepadanya. Seperti ia dituding menyuruh sekretatis Kasat bernama
Titin untuk membersihkan toilet. Itu juga tidak benar. “Ini kan tidak etis,
masak menyuruh anggota kayak gitu,” terangnya
ia juga
tidak membenarkan, bahwa pernah mengancam anggota dan menampar anggota satpol
PP. katanya hanya menyanksi anggota yang tidak disiplin bernama Sanur Apriyanto
dengan menyuruh pus up. Dalam kondisi ini, ia akan berupaya mendekatkan diri
dengan semua unsur di satpol PP, supaya kondisi kembali kondusif supaya
pelayanan kepada masyarakat menjadi kondusif lagi.
Dalam
kesempatan itu, ia juga mengklarifikasi beberapa tuntutan tertulis yang
disampaikan anggota terhadapnya. Seperti proyek pembangunan pos jaga (pos
ronda) tahun 2014 bukan pembangunan pos
linmas, supaya tidak muncul kecemburuan dari 122 desa sedangkan pos jaga hanya
ada 10 unit sehingga dibangun di masing-masing kantor camat. Perihal
keberangkatan anggota ke bandung, ia menampik jika ia menetapkan uang makan
hanya Rp 10 ribu tiap kali makan. Namun
semuanya, diatur oleh bendahara untuk biaya akomodasi anggota.
Terkait
tuduhan melakukan ancaman (menekan) kades Suranadi untuk tidak mengeluarkan
surat rekomendasi izin untuk beberapa vila di daerah itu, seperti vila Assoy
dan vila pondok Gede. Karena ia sendiri tak punya kewenangan melakukan itu,
rekomendasi itu tidak dikeluarkan oleh pihak camat dan kades karena kebijakan
untuk tidak menambah pembangunan vila di daerah itu. Bahkan katanya, ada oknum
di satpol PP yang diduga menerima uang sebesar Rp 9 juta untuk pengurusan izin
itu, dan ia memerintahkan untuk mengembalikan uang itu.
Selain itu,
beberapa tuntutan terkait kendaraa dinas. Termasuk pengadaan tiga kendaraan
dinas yang belum dilengkapi dokumen. Menurutny,a hal ini dikarenakan saat itu
belum keluar E Katalog, sehingga tidak ada dasar penentuan harga. Namun ketika
E catalog keluar, maka dokumen pengadaan kendaraan itu dilengkapi. Terkait plat
mobil patwal Sedan dan Ranger saat konvoi HUT Pol PP di Praya, saat itu plat
mobil belum keluar. “Kendaraan itu tidak pernah saya pakai
sehari-hari,”ujarnya.
Ia juga membantah jika ia mengumpulkan empat unit kendaraan dinas di
rumah pribadinya, ia mengaku dua unit kendaraan ditaruh dirumahnya karena saat
itu belum keluar plat sehingga tidak bisa dipergunakan kemana-mana, kendaraan
ini juga dicat. “Bisa dicek,” tegasnya (dik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar