Senin, 19 November 2012

SEJARAH BERDIRINYA pompes darun najah al falah


SEJARAH  BERDIRINYA


YAYASAN  PONDOK  PESANTREN

DARUN  NAJAH  AL FALAH  TELAGAWARU

DINIYAH ISLAMIYAH DARUN NAJAH adalah awal dari nama Yayasan Darun Najah. Pada tahun 1964 sebagai awal berdirinya, Diniyah Islamiyah sebagai tempat pendidikan Agama Islam yang mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dan kitab-kitab kuning serta majlis taklim dilakukan di rumah pendirinya Almukarrom TGH. Ahmad Khairil Abrar yang saat itu bernama Abrar dilakukan pada pagi hari setelah sholat subuh, pada siang hari setelah sholat zuhur dan pada malam hari setelah sholat magrib. Beliau adalah alumni Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan, sebelumnya menyelesaikan pendidikan MI dan MTs masing-masing selama 6 tahun di Madrasah As’adah cabang Islahiyah Kediri dan melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan Kota Mataram dan mendapat izin lisan dari Pimpinan Pondok Pesantren Darul Falah saat itu Almarhum TGH. Abhar, maka di Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat didirikan tempat pendidikan Islam dengan nama DINIYAH ISLAMIYAH DARUN NAJAH.
Pendidikan Diniyah Islamiyah berjalan cukup lama, dari tahun ke tahun memberikan kontribusi kepada masyarakat, bagi anak-anak yang masih sekolah SD diajarkan untuk membaca dan menulis Al-Qur’an dan kitab – kitab kuning hingga seterusnya sampai tamat, demikian juga kepada masyarakat sekitarnya dapat mengikuti pengajian majlis taklim dengan mempelajari berbagai macam pelajaran kitab-kitab kuning yang dilakukan setiap pagi, siang dan sore hari. Tahun demi tahun berjalan dengan tanpa terasa hingga Pendidikan Diniyah banyak mencetak kader – kader yang mampu untuk ikut bersama-sama membangun dan membesarkan nama Diniyah Islamiyah Darun Najah ini. Karena disamping menimba ilmu di Pendidikan Diniyah para santriwan dan santriwati juga menimba ilmu pendidikan umum dari jenjang SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Cukuplah sebagai bekal untuk ikut membangun dan membesarkan Diniyah Islamiyah Darun Najah dimasa mendatang.
Dalam waktu yang relatif lama, yaitu sejak berdirinya hingga bulan Juni tahun 1991 jumlah santriwan dan santriwati yang belajar pada Diniyah Islamiyah Darun Najah mencapai 300 orang, jama’ah majlis taklim mencapai ribuan orang dari berbagai desa dikecamatan-kecamatan yang ada dikabupaten Lombok Barat. Sementara sarana belajar yang digunakan masih di rumah yang dihuni oleh TGH. Ahmad Khairil Abrar dan Masjid yang ada didekatnya yaitu Masjid Darul Ikhlas. Walau demikian lokasi dan tempat belajar yang cukup sederhana tersebut tidaklah menjadi masalah bagi kelangsungan proses pembelajaran yang dilakukan. Setiap tahunnya santriwan dan santriwati yang belajar di Diniyah Islamiyah terus bertambah dan tentunya hal tersebut membutuhkan ruang, tempat serta pengaturan yang cukup untuk pembinaan agar jumlah yang terus bertambah tersebut dapat diberikan pendidikan secara layak dan bermutu. Kontribusi masyarakatpun begitu besar terhadap kelangsungan pendidikan diniyah ini, atas dorongan para tokoh masyarakat dan dengan tekad kebersamaan maka komitmen bersamapun dibangun untuk meningkatkan dan memperluas lingkup kerja Diniyah, yaitu di samping pendidikan agama, pendidikan lingkup formal, sosial kemasyarakatan, serta keterampilan hidup dengan memberdayakan seluruh elemen masyarakatpun di bangun. Kerjasama dan koordinasi dengan aparat desapun di lakukan untuk mencari masukan – masukan dan saran mengenai lingkup kebutuhan masyarakat agar lebih mudah dalam perencanaan dan alokasi kebutuhan pemberdayaan masyarakat.
Pada tanggal 23 Mei 1993 dibentuklah lembaga Yayasan yang diberi nama YAYASAN DARUN NAJAH melalui akte pendirian dengan nomor 140, pembentukan lembaga ini dimaksudkan agar kegiatan – kegiatan yang dilakukan Diniyah tidak sekedar terbatas pada pendidikan agama saja namun juga dapat bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. Dimulai dari terbentuknya Lembaga Yayasan yang berbadan hukum pada tahun tersebut Yayasan Darun Najah membuka kerjasama dengan Departemen Sosial pada waktu itu yang saat ini Dinas Sosial Propinsi NTB dan Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat. Kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat terutama yang menghadapi beban sosial ekonomi seperti pemberdayaan para lanjut usia (orang tua jompo), anak yatim, anak – anak terlantar. Kepada mereka diberikan bantuan Usaha Ekonomi Produktif berupa hewan piaraan seperti bebek, kambing dan bahkan sapi. Demikian juga halnya untuk memajukan perekonomian masyarakat terutama pedagang bakulan, usaha warungan dan usaha transportasi seperti alat transportasi cidomo. Yayasan Darun Najah melalui Dinas Sosial bekerjasama dengan UNDP waktu itu memberikan pinjaman lunak untuk meningkatkan usaha dan membantu permodalan dari pelaku usaha tersebut.
Kondisi beban masyarakat yang makin kompleks diakibatkan beratnya beban sosial ekonomi yang disandang memacu para pengurus Yayasan Darun Najah untuk terus berkiprah untuk melakukan upaya – upaya agar beban yang dipikul masyarakat tersebut dapat diringankan melalui program – program yang dilakukan Yayasan. Pada tahun 1966 Yayasan Darun Najah membentuk lembaga pendidikan non formal yang kini dikenal dengan istilah Pusat Kegiatan Belajar (PKBM) dengan kegiatan paket B. Program ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Program paket B setara SMP/Tsanawiyah ini sangat membantu masyarakat kurang mampu yang putus sekolah untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Dalam kurun waktu 5 tahun Program Paket B dapat menuntaskan anak putus sekolah dan Yayasan Darun Najah mengembangkan program pendidikan formal Yang tidak lain juga bertujuan untuk melanjutkan program membantu pemerintah dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun.
Pada tahun 1997 Yayasan Darun Najah mendirikan pendidikan Formal yaitu Pendidikan Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dengan izin operasional dari Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat tertanggal 23 Agustus 2003. Madrasah Tsanawiyah ini berdiri di atas tanah seluas 1700 m2 atau 17 are, tanah tersebut merupakan tanah milik Yayasan sebanyak 11,5 are dan tanah perumahan Guru SDN 2 Telagawaru sebanyak 5,5 are yang telah diserahkan pemanfaatannya secara lisan oleh Bapak Bupati Lombok Barat tanggal 18 Juli 2002 di kantor Camat Labuapi. Bangunan madrasah ini luasnya 486 m2 atau pemanfaatan lahan sebesar 2,43 are dengan bangunan lantai 2 dengan 5 lokal ruang belajar dan satu lokal ruang guru di tempat kita berada sekarang ini. Terealisasinya pengadaan tanah dan pembangunan gedung madrasah dilakukan dengan swadaya masyarakat ditambah 30% bantuan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan pembangunan gedung madrasahpun dilakukan dengan bergotong royong oleh masyarakat yang ada di desa Telagawaru maupun masyarakat yang berada di luar desa Telagawaru.
Tingginya antusiasme masyarakat dalam memberikan motivasi kepada Yayasan Darun Najah untuk terus meningkatkan program pendidikan yang dirintis dan terus meningkatnya beban ekonomi masyarakat, mahalnya biaya pendidikan tentunya membuat para orang tua tidak mampu membiayai baik biaya transport anak-anaknya. Hal ini tentu mendorong Pengurus Yayasan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar semua lapisan masyarakat terutama masyarakat miskin juga mempunyai hak yang sama dalam menerima pendidikan. Pada tahun 2003 Yayasan Darun Najah bersama masyarakat mendirikan lembaga pendidikan Formal setingkat Sekolah Menengah Atas yaitu Madrasah Aliyah yang selanjutnya disebut ‘madrasah Aliyah Darun Najah Al Falah” dengan izin operasional yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun tersebut. Sedangkan lembaga pendidikan non Formal dari PKBM yang sudah ada didirikan pula Pendidikan Anak Usia Dini yang disingkat PAUD sederajat TK/RA. Lembaga pendidikan ini hingga saat ini sudah menamatkan anak-anak usia kelompok bermain hingga usia 7 tahun sebanyak 4 kali. Kelengkapan dari PAUD sendiri hingga saat ini sudah cukup memadai baik alat bermain dalam maupun alat bermain luar. Pada tahun 2007 , PKBM Darun Najah kembali dipercayai oleh pemerintah Provinsi melalui Dinas Dikpora NTB untuk mengelola program Keaksaraan Fungsional (KF) sebanyak 33 kelompok (500 orang) dengan rincian 15 orang tiap kelompok. Program ini diharapkan mampu membebaskan masyarakat Desa Telagawaru terbebas dari buta aksara. Pelaksanaan program ini dilaksanakan selama 6 bulan (Juli-Desember).  Karena program ini dianggap berhasil oleh pemerintah, pada tahun 2008 ini, PKBM Darun Najah diharapakan mengajukan usulan baru untuk program penuntasan dan pembinaan keaksaraan Fungsional (KF) bagi masyarakat Telagawaru.
Hingga saat ini Diniyah islamiyah memiliki 5 orang tenaga pengajar dengan jumlah santri 557 orang, PAUD memiliki 4 orang tenaga pengajar dan 25 orang siswa, madrasah Tsanawiah 22 orang tenaga pengajar 125 orang siswa, madrasah Aliah 20 orang tenaga pengajar dan 81 orang siswa. Berkat kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan Dana Kompensasi BBM melalui Dana Bantuan Operasional Sekolah / BOS merupakan kepedulian pemerintah yang sangat membantu masyarakat yang kurang beruntung untuk dapat terus memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Hendaknya Bantuan Operasional Sekolah / BOS tidak terbatas sekedar untuk madrsaha Tsanawiah saja namun dapat dialokasikan untuk madrsah Aliyah dan Pendidikan Anak Usia Dini / PAUD.
Demukianlah sejarah singkat berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Darun Najah Al-Falah cabang Darul Falah Pagutan. Mohon Maaf jika ada kata atau kalimat yang kurang berkenan dalam penyampaian kami dari awal hingga akhir.
Pimpinan Yayasan,





TGH. Ahmad Khairil Abrar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar