Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono). Populasi mencakup segala hal, termasuk benda-benda alam, dan bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek.
Populasi merupakan
keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang
menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi
bisa sangat beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan
jelas dan tepat. Pengertian populasi di sana bersifat relatif, pendefinisiannya
tergantung dari si Peneliti, apakah dia ingin mengetahui Populasi Contoh :
populasi mahasiswa STBAJIA Bekasi, populasi dosen bahasa Inggeris
bekasi,dll.Kita harus hati-hati dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi
harus didefinisikan dengan jelas dan tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui
rata-rata nilai IPK mahasiswa S TBAJIA parameter/sifat/ciri yang ingin
diketahui adalah rata-rata nilai IPK mahasiswa dan obyek yang ditelitinya
adalah Mahasiswa STBAJIA.
Jika
kita merumuskan populasi seperti ini, rumusannya sudah jelas tapi belum tepat.
Jelas maksudnya: (1) parameter yang ingin diteliti sudah jelas, yaitu Nilai IPK
mahasiswa STBAJIA dan bukan parameter lain, seperti tinggi, nilai IQ dan
sebagainya 2) populasinya hanya mahasiswa STBAJIA nilai IPK mahasiswa dari
universitas lain. Belum tepat maksudnya, apabila kita berbicara tentang
mahasiswa STBAJIA cakupannya cukup luas. Apakah kita akan mendata nilai IPK
semua mahasiswa STBAJIA dari semua angkatan, baik yang masih aktif, non aktif,
meninggal, DO, maupun yang sudah lulus?
Dengan
demikian, batasan ruang lingkup dari populasi yang akan diteliti harus
didefinisikan dengan jelas dan tepat, karena semua kesimpulan yang nantinya
akan diperoleh dari hasil penarikan contoh (sampel) hanya berlaku untuk
populasi yang dimaksud, bukan untuk populasi yang berada diluar batasan ruang
lingkup yang diberikan.
Perhatikan pendefinisian populasi berikut:
“Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Bahasa
Jepang Angkatan 2009, STBAJIA, yang masih aktif”
Pendefinisian populasi seperti ini sudah jelas batas ruang
lingkupnya, sehingga kesimpulan apapun yang diberikan terhadap suatu sampel
yang diambil dari populasi tersebut hanya berlaku untuk populasi yang dibatasi
oleh Mahasiswa Bahasa Jepang Angkatan 2009, STBAJIA yang masih aktif kuliah dan
tidak berlaku untuk mahasiswa lainnya yang berada diluar ruang lingkup
tersebut. Jadi hanya menggambarkan keadaan rata-rata nilai IPK mahasiswa
pada ruang lingkup tersebut.
Populasi
dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan berdasarkan ukurannya.
Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi
Homogen, dan Populasi heterogen. Berdasarkan ukurannya, populasi juga dibagi
menjadi dua bagian yaitu Populasi terhingga, dan Populasi tak terhingga.
Populasi
berdasarkan keadaannya:
Populasi
Homogen: populasi dikatakan homogen
apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang
relatif seragam satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan
di bidang eksakta, misalnya air, larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui
manis tidaknya secangkir kopi, cukup dengan mencoba setetes cairan kopi
tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa mewakili kadar gula dari secangkir
kopi tersebut.
Populasi
Heterogen: populasi dikatakan heterogen
apabila unsur-unsur dari populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang
relatif berbeda satu sama lainnya. Karakteristik seperti ini banyak ditemukan
dalam penelitian sosial dan perilaku, yang objeknya manusia atau gejala-gejala
dalam kehidupan manusia yang bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita
ingin mengetahui rata-rata IQ mahasiswa STBAJIA angkatan 2009 (berarti
rata-rata dari semua Program). Jelas, rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas
kemungkinan besar bervariasi, IQ mahasiswa program bahasa Inggeris relatif
lebih tinggi dibanding dengan rata-rata IQ mahasiswa program lainnya, sehingga
kita bisa mengatakan bahwa populasi tersebut keadaannya heterogen.
Untuk
mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian, perlu adanya
pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi yang ada
digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-kelompok tersebut
akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-kelompok tersebut sangat
heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan sebelumnya, kelompok identik
dengan Fakultas.
Populasi
berdasarkan ukurannya:
Populasi
terhingga: Populasi dikatakan terhingga
bilamana anggota populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti
jumlahnya, dengan kata lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
- Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
- Panjang ikan di sebuah danau
Populasi
tak hingga: populasi
dikatakan tak hingga bilamana anggota populasinya tidak dapat
diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya, dengan kata lain,
batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif, misalnya:
- Air di lautan
- Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
- Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
- Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
Namun
demikian, dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai adanya
populasi terhinggatak terhingga, dan hal seperti ini dibenarkan secara
statistika, misalnya banyaknya orang Indonesia yang merokok, banyaknya penduduk
Indonesia sekarang, dan sebagainya. dianggap sebagai populasi
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran
sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah
anggota populasi itu sendiri. Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu
akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah
sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang.
Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Dalam penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada
suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen
suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan
homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah
sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi
heterogen, maka pertimbangan pengambil sampel sampel harus memperhatikan hal
ini :
1. harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas
2. besarnya populasi
1. harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas
2. besarnya populasi
Dalam
penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan.
Populasi adalah wilayah generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka
Bagi
para peneliti pemula, penentuan sampel penelitian adalah hal yang cukup menyita
waktu dan pikiran mereka. Sampel, terutama ukuran sampel (sample size) menjadi
momok yang menakutkan manakala mereka hendak mempresentasikan laporan hasil
penelitian, di hadapan tim penguji. Biasanya tim penguji akan menanyakan
bagaimana sampel yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan, apakah jumlah sampel
yang dipilih mampu merepresentasikan populasi.
Kebingungan
para peneliti muda biasanya disebabkan karena mereka belum memahami tentang
filosofi sampling secara memadai, dan juga belum fixed-nya tujuan penelitian
mereka. Biasanya mereka juga masih bingung tentang siapa atau apa populasi
penelitian mereka ? Misalnya ketika akan meneliti tentang masalah kemiskinan,
mereka masih ada yang berpikir bahwa populasi penelitian mereka adalah seluruh
warga di wilayah yang akan mereka kaji. Mereka juga lupa tentang level of
analysis, maka lengkaplah sudah kebingungan mereka.
Peneliti
pemula juga biasanya belum memahami apa perbedaan mendasar dari filosofi
nonprobability sampling dengan probability sampling. Apa tujuan penelitian dan
bagaimana syarat dan karakter kedua tipe sampling itu masih belum dipahami,
sehingga misalnya mereka menggunakan purposive sampling lalu hasilnya mereka
menetapkan suatu generalisasi terhadap bidang kaji penelitiannya. Mereka juga
biasanya bingung, ketika akan menentukan berapa jumlah sampel pada saat
menggunakan purposive sampling, disini terlihat jelas bahwa pemahaman mereka
tentang teknik sampling belum lengkap.
Dalam
penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan.
Populasi adalah wilayah generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin
kecil, dan begitu juga sebaliknya.
Dalam
menetapkan besar kecilnya sampel, tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak,
artinya tidak ada ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi.
Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi
persoalan, sebaliknya jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan
pengambilan sampel harus memperhatikan dua hal, yaitu (1) harus diseleidiki
kategori-kategori heterogenitas dan (2) besarnya populasi.
Langkah-langkah
dalam penarikan sampel adalah penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran
dan akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan. Penarikan sampel dari
penelitian tidak lain memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai
populasi tersebut. Oleh karena itu, penarikan sampel sangat diperlukan dalm
penelitian.
Terdapat
beberapa jenis desain sampling dalam penelitian. Jenis pertama desain sampling
adalah probality sampling. Jenis sampling ini ada beberapa, yaitu (1) acak sederhana
(sampling random sampling), yaitu acak jenis ini adalah acak yang paling
dikenal oleh banyak orang dalam pencarian sampel, (2)rancangan acak berstrata
(stratified random sampling) yaitu apabila populasi terdiri dari sejumlah
sub-kelompok atau lapisan yang mungjin memiliki ciri yang berbeda acapkali
diperlukan suatu bentuk penarikan sampel yang disebut penarikan berlapis, (3)
rancangan klaster (claster sampling), yaitu mendaftar semua anggota populasi
sasaran dan kemudian memilih sampel diantaranya, dan (4) rancangan sistematis
(systematic sampling), yaitu penarikan sampel dengan cara mengambil setiap
kasus yang kesekian dari daftar populasi.
Dalam
statistik inferensial, kita ingin mengetahui gambaran karakteristik tertentu
dari suatu populasi, namun terkadang hal tersebut terkadang tidak mungkin dan
tidak praktis untuk mengamati seluruh obyek/individu yang menyusun suatu
populasi. Pedagang eceran beras hanya meneliti segenggam beras untuk menentukan
kualitas sekarang beras. Pedagang emas hanya meneliti bekas gosokan dari
perhiasan tersebut untuk menentukan kualitas emas perhiasan tersebut. Peneliti
lingkungan hanya meneliti beberapa milliliter air untuk menentukan kualitas air
pada suatu sungai atau danau. Pertanyaannya, mengapa tidak meneliti secara
keseluruhan, bukankah hasilnya akan lebih baik dan lebih tepat?
Mengingat
seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan baik dari
segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan sesuai dengan permasalah yang
diteliti ditempuh dengan mengambil sebagian dari populasi, dengan
mempertimbangkan ketebatasan yang ada dari peneliti. Bagian dari populasi
tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan informasi dinamakan contoh (sampel).
Dengan
demikian, sampel merupakan bagian
dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri
yang dimiliki populasi.
Dari
definisi tersebut jelas bahwa sampel yang kita ambil digunakan untuk
menggambarkan karakteristik suatu populasi, atau dengan kata lain, sampel
digunakan untuk menggeneralisasi suatu populasi. Dengan demikian, sampel
harus betul-betul bersifat representatif sehingga dapat mewakili dan
mencerminkan karakteristik populasi dari mana sampel itu diambil.
Gambaran
Sampel Representatif
Seorang
peneliti, jarang mengamati keseluruhan populasi karena dua alasan:
- Biaya terlalu tinggi dan
- Populasi bersifat dinamis, yaitu unsur-unsur populasi bisa berubah dari waktu ke waktu.
Ada
tiga keuntungan utama pengambilan sampel:
- Biaya lebih rendah,
- Pengumpulan data lebih cepat, dan
- Hal ini mungkin untuk memastikan keseragaman dan untuk meningkatkan akurasi dan kualitas data karena kumpulan data lebih kecil .
Jenis-Jenis sampel
Dalam
proses pemilihan sampel ada dua faktor penentu yang berperan yaitu:
- Ada atau tidak adanya faktor pengacakan, dan
- Peran orang yang memilih (mengambil) sampel tersebut.
Pada
proses pengambilan sampel dengan menggunakan faktor pengacakan didalamnya
termasuk unsur-unsur peluang, sedangkan peran dari orang pemilih sampel dapat
bersifat obyektif dan dapat pula bersifat subyektif.
Yang
dimaksud dengan sikap obyektif dalam memilih sampel adalah suatu cara
pemilihan sampel yang menggunakan metode tertentu yang jelas, sehingga
penarikan sampel tersebut bila dilakukan oleh orang lain akan diperoleh hasil
yang tidak jauh berbeda dari penarikan sampel sebelumnya, dalam menduga sifat
atau ciri populasinya. Jadi dengan pengambilan sampel dengan menggunakan metode
tertentu dan jelas, akan diperoleh sampel yang konsisten, artinya bila
pengambilan sampel dilakukan secar berulang-ulang terhadap populasi yang sama
hasilnya tetap terkendali dalam arti tetap menggambarkan sifat atau ciri dari
populasinya, walaupun hasilnya tidak persis sama antara yang satu dengan yang
lainnya.
Sifat
subyektif dalam memilih sampel adalah suatu pemilihan sampel dengan melibatkan
pertimbangan pribadi dari pengambil sampel untuk mengambil sampel yang baik
menurut versinya sendiri (versi peneliti). Dengan demikian sampel yang
diperoleh merupakan sampel yang berbias, apalagi orang yang memilih cotnoh
sampel mempunyai latar belakang yang kurang terhadap konsep statistika
khususnya konsep tentang teori penarikan sampel.
Sumber
Referensi:
- Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media Group. Jakarta.
- http://en.wikipedia.org/wiki/Sampling_(statistics)
- Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
- Sumber lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar