PENSANTREN DAN MASYARAKAT PESISIR
STUDI PADA PONDOK PESANTREN NURUL
JANNAH NW AMPENAN SELATAN KOTA MATARAM
A.LATAR
BELAKANG
“Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal
dilautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nnya. Sesungguhnya
dia adalah maha penyayang terhadapmu” (al -isra’: 66).Dari keterangan ayat
diatas sudah sangat jelas betapa tuhan telah memerintahkan kita untuk mencari
karunianya yang ada dilautan.hal itulah yang menyebabkan sangat banyak
masyarakat di ampenan yang telah mengikuti seruan tuhan. Dari keterangan ayat
diatas pula peneliti dapat menyimpulkan bahwa Laut merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup dimuka bumi. Wilayah laut meliputi dua pertiga bagian dari
permukaan bumi. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas
13.000-an pulau. Memiliki garis pantai sepanjang 80.000 km.kenyataan ini
memungkinkan munculnya corak kehidupan
yang berkaitan dengan perairan.lingkungan perairan diindonesia dapat di kategrorikan atas perairan laut yang dikenal dengan nama
laut nusantara dan peraiaran darat.karna itu tidak mengherankan apabila
disekitar pantai muncul permukiman –permukiman penduduk.sesuai dengan kondisi
fisiknya.pemukiman pendududk disekitar pantai itu disebut desa pantai. Umumnya
pendududk desa pantai memanfaaatkan perairan laut sebagai sumber penghidupan
sebagai nelayan. Pemukiman yang masyarakatnya dominan sebagai nelayan juga
disebut masyarakat nelayan.
Kenyataan
sekarang menunjukkan bahwa wilayah
perairan nusantara yang luas ini belum dimanfaatkan secara efektif sebagai
ruang kehidupan. Sebagian besar masyarakat nelayan masih menggunakan alat
tradisional.
Dilihat dari perwujudannya, desa
pantai yang ada sekarang merupakan hasil
pemahaman penduduk tentang lingkungan dimasa lalu, akan berke mbang terus
dimasa-masa mendatang.berdasarkan tingkat perkembangan ini kita telah mengenal
corak kehidupannya sebagai hasil adaptasi penduduk secara aktif terhadap
lingkungan perairan. Kehidupan masyarakat nelayan yang juga merupakan suatu
system budaya juga mempunyai satuan-satuan symbol konstitusi( kepercayaan) ,
simbul kognitif (pengetahuan), symbol nilai, symbol norma, serta symbol
pengungkapan perasaan.
Melihat begitu
banyaknya masyarakat pesisir didaerah ampenan, peneliti ingin lebih mengenal
kehidupan sehari-hari para nelayan, bagaimana mereka menjalani kehidupannya,
serta apa saja kegiatan mereka. Hal inilah yang membuat peneliti mengambil
judul Masyarakat Pesisir study kasus pada pondok pesantren Nurul Jannah NW
Ampenan selatan.
B.
FOCUS PENELITIAN
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan pokok untuk
dikaji .diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
peran pondok pesantren nurul jannah nw dalam memberdayakan masyrakat pesisr di
ampenan selatan?
2.
Bagaimana strategi pondok Pesantren
Nurul Jannah NW di dalam membangun masyarakat pesisir di desa kampung Banjar
Ampenan selatan?
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui bagaimana peran pondok pesantren Nurul Jannah NW untuk
memeberdayakan masyarakat pesisir yang ada di desa Kampung Banajar ampenen
selatan.
2. Ingin
mengetahui strategi pondok Pesantren Nurul Jannah NW didalam memberdayakan masyarakat Pesisir di
Desa Banjar Ampennan Selatan.
Adapun manfaat penelitian ini secara garis besar ada
dua yaitu:
1. Manfaat
Teoritis
Penelitian ini
diharapkan nantinya mampu mengetahui pengetahuan tentang sejauh mana kehidupan
masyarakat pesisir di kampung banjar dalam beradaptasi dengan lingkungannya
khususnya lingkungan perairan laut yang merupakan sumber mata pencahariaan bagi
masyarakat dan mata kehidupan masyarakat pesisir khususnya didaerah Ampenan.
2. Manfaat
Praktis
Secara praktis
penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan suatu informasi kepada
khalayak, masyarakat pada umumnya, serta mahasiswa lain pada umumnya serta
memberikan inspirasi serta motivasi kepada mahasiswa dalam melakukan
penelitian-penelitian yang menyangkut tentang kehidupan masyarakat pesisir.
D.
RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN
Ruang lingkup
wilayah adalah masyarakat nelayan yang secara administratife termasuk Jalan energy, Desa Kampung
Banjar,Kecamatan Ampenan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.dalam penelitian ini
peneliti akan menggunakan metode
penelitian kualitatif peneliti akan membahas tentang hambatan-hambatan
masyarakat pesisir ketika mereka melakukan kegiatan kenelayanan, kendala apa
saja yang dihadapi oleh masyarakat pesisir dalam melakukan kegiatan tersebut.
Sebagian besar penduduk dikampung banjar ini
adalah nelayan yang mengandalkan
lingkungan perairan laut sebagai
sumber penghidupan. Sarana penangkapan ikan yang digunakan umumnya menggunakan
perahu dengan mesin temple dan alat tangkapnya adalah jarring.
E. TELAAH PUSTAKA
Sejauh ini
peneliti masih belum menemukan bentuk judul skripsi yang serupa atau bahkan
yang sama dengan judul skripsi yang kami
teliti yaitu Masyarakat Pesisir study kasus pada pondok pesantren Nurul Jannah
NW Ampenan. khususnya judul skripsi yang
ada di fakultas dakwah, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
KERANGKA TEORITIK
Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya
ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat
penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya
(Zamahsyari Dhofir, 1982: 18). Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata
pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an
yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku
kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren
diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai
menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca
dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu
(Wahjoetomo, 1997: 70).
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata
pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa.
Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti
penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya
pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.[rujukan?] Untuk mengatur kehidupan pondok
pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik
kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan
dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan
sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Pendapat lainnya, pesantren berasal
dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari
kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang
selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa
dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam
bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat bahwa
istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci
agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik)
dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti
tempat pendidikan manusia baik-baik.
Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan
sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji.
Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para
santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara
detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan
pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat
diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian
yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.
Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam
masyarakat antara lain adalah :
- Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu.
- Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.
Sedangkan menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau
model pondok pesantren yaitu :
- Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
- Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
- Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
- Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya
1.
Pengertian Nelayan
Nelayan adalah
istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota
lainnya yang hidup didasar kolam maupun permukaan perairan. Perairan yang
menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau,
maupun laut. Menurut Eidman (1991) ada dua kategori nelayan, yaitu nelayan
penggarap, dan nelayan pemilik. Sebenarnya bila kita menengok kedalam habitat
pesisir dinegeri kita tercinta Indonesia, terdapat banyak kelompok keidupan
masyarakat nelayan. Ada beberapa kelompok masyarakat nelayan diindonesia yaitu:
Masyarakat nelayan tangkap, masyarakat nelayan pengumpul dan masyarakat nelayan
buruh.
a. Masyarakat
Nelayan Tangkap
Masyarakat nelayan tangkap adalah kelompok
masyarakat pesisir yang mata pencahariaan utamanya adalah menangkap ikan
dilaut.
b. Masyarakat
Nelayan Pengumpul
Masyarakat
nelayan pengumpul adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar
tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil
tangkapan, baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang,
yang selanjutnya dijual kemasyarakat sekitarnya atau dibawa kepasar-pasar
local. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir
perempuan.
c. Masyarakat
Nelayan Buruh
Masyarakat
nelayan buruh adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai
dalam kehidupan masyarakat pesisir.
POLA
KEHIDUPAN NELAYAN
Kegiatan
menangkap ikan umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki,baik yang sudah
berkeluarga maupun yang masih bujangan. Kegiatan tersebut tidak memandang usia,
melainkan kondisi fisiklah yang menentukan.
Dalam melakukan pekerjaan sebagai
nelayan, mereka selalu menggunakan pakaian yang alakadarnya.itupun tidak luput
dari perlengkapan sarung untuk menghalau udara dingin dan pakai topi sebagai
pelindung dari sengatan matahari dan hujan.
Penghasilan dan pengelolaan
Pendapatan para
nelayan perbulan sulit dihitung secara pasti. Penghasilan para nelayan tersebut
dapat dikatakan tidak tetap. Hasil tangkapan kadang-kadang melimpah,cukup, atau
bahkan tidak memperoleh ikan atau tidak memadai.
Pantai
merupakan salah satu ekosistem yang berada I pesisir laut. Dipesisir pantai
banyak ditemukan desa nelayan, desa atau kampung nelayan merupakan permukiman
bagi masyarakat nelayan.Sebagian besar nelayan
kita menggunakan peralatan tradisional. Peralatan tradisional ini berupa
kail dan tali pancing,jala, perangkap, dan jarring angkat. Alat yang sederhana
ini membatasi gerak-gerik para nelayan. Mereka hanya bisa menangkap ikan
diperairan yang dangkal.
TEHNIK
MENANGKAP IKAN
Berdasarkan
variannya, memancing hanyalah salah satu cara untuk menangkap ikan atau hewan
air. Selain dengan cara memancing, ada
beberapa cara menangkap ikan yang lain yaitu;
Dengan tangan
Menangkap ikan
dengan tangan dapat dilakukan pada perairan yang dangkal, seperti di sungai
kecil. Pengertian menangkap ikan dengan cara menggunakan tangan menjadi meluas
dalam istilah memancing.yaitu tanpa menggunakan joran (pancing kail) tetapi
juga menggunakn rol pancing dan senar.
Bagi
nelayan menangkap ikan dengan cara ini
kerap digunakan untuk jenis memancing dasar laut(bottom fishing)
Tombak
Menangkap ikan
dengan cara menombak lebih mudah dari pada dengan tagan dan cara ini sudah
sejak lama di gunakan oleh manusia. Ujung tombak dibuat sedemikian rupa seperti
pada mata kail agar ikan yang tertangkap tidak dapat lepas dari mata tombak.
Harpoon
Sekarang cara menangkap
ikan dapat menggunakan alat penangkap
ikan berupa tombak yang diberi tali yang panjang. Menangkap ikan dengan cara
ini di haruskan menggunakan perahu dengan cara mengejar ikan yang sedang
diburu. Harpoon di tembakkan dengan menggunakan sebuah alat pelontar, biasanya
alat ini di gunakan untuk menangkap paus. Setelah ikan terkena harpoon, lalu
ikan di tarik dan kemudian di angkat keatas geladak kapal.
Tali Pancing
Pada saat ini cara menangkap ikan paling favorit dan
praktis serta dapat dilakukan secara sendirian ialah dengan menggunakan tali
pancing yang disebut juga senar.
Jaring
Dilakukan dengan
cara menyerok dengan jarring atau menebar jala yang kemudian di angkat, atau
dengan memasang jala dengan cara di tunggu selama beberapa waktu tertentu lalu
kemudian jala baru di angkat. Atau bisa juga jala diturunkan kelaut sementara
perahu berjalan perlahan membentuk suatu lingkaran.
Pukat Harimau
Pukat harimau
merupakan alat penangkapan ikan berupa jarring besar yang digerakkan oleh mesin
sehingga dapat menaggkap ikan secara besar-besaran.
- 1 Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan struktur pendekatan atau desain yang menunjukkan
cara mengumpulkan dan menganalisa data agar penelitian dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, secara serasi dengan tujuan penelitian. Dalam
melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena
data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak yang bersifat informasi dan
keterangan – keterangan bukan dalam bentuk simbol atau angka.
Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan pendekatan ini tidak
menggunakan banyak proses seperti membuat eksperimen, hitungan dan lain
sebagainya. Namun dalam metode ini hanya mengharapkan data berupa hasil
observasi, wawancara/ dokumentasi. [1]
Dengan
demikian dalam menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti
hanya mengharapkan apa adanya dari ucapan atau tulisan prilaku dari dan
orang-orang yang menjadi subyek penelitian.
Dalam
memaparkan data temuan dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan secara
deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata semua data yang diperoleh
serta diuraikan secara alamiah (apa adanya).
Metodelogi
kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan
penghayatan (verstehen) metode kualitatif berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia tertentu
menurut persepektif peneliti sendiri.[2]
2. Kehadiran Peneliti
Untuk
memperoleh data tentang penelitian yang di lakukan dengan menggunakan
penelitian kualitatif, maka peneliti
terjun langsung kelapangan, sebab penelitian tersebut akan lebih banyak
berbicara masalah fenomena-fenomena atau realita di lapangan yang riil adanya.
Kehadiran peneliti dalam hal ini adalah “key
instrument” atau alat penelitian utama. Dialah mengadakan sendiri
pengamatan atau wawancara tak berstruktur,
untuk lebih mendapatkan keabsahan data, dan juga manusia sebagai
instrumen dapat memahami makna interaksi antara-manusia, membaca gerak muka,
menyelami dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
Walaupun digunakan alat rekaman atau kamera, peneliti tetap memegang peranan
utama sebagai alat penelitian.[3]
Berkenaan dengan hal tersebut dalam pengumpulan data
peneliti berusaha menciptakan hubungan yang akrab agar data yang dihasilkan valid, maka dalam hal ini peneliti
harus memperoleh ijin penelitian dulu dari pihak yang bertanggung jawab sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Untuk mendapatkan data yang akurat
dan sesuai dengan tujuan penelitian maka hal-hal yang perlu dilaksanakan
oleh peneliti di lapangan penelitian dan mengadakan wawancara langsung dengan
pihak-pihak terkait, diantaranya.ketua yayasan, kepala sekolah, dan siswa-siswi
pondok pesantren nurul jannah nw.Serta Masyarakat yang ada, dan orang-orang yag
dibutuhkan keterangannya berkenaan dengan penelitian ini.
3. Lokasi Penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian ini akan
dilakukan di desa kampung banajar kelurahan ampenan selatan kecamatan ampenan
kota mataram. Berhubung pondok pesantren nurul jannah nw terletak di daerah
pesisir dan letaknya di notabennya masyarakat yang sebagian besar penduduknya
adalah bermata pencahariaan sebagai nelayan.
4. Sumber data
Sumber
data maksudnya disini adalah darimana data atau informasi itu didapat. Dalam
buku “penelitian naturalistik/kualitatif menjelaskan bahwa : “Sumber data
adalah peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar
sebagai mana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja.[4]
Adapun
yang menjadi sumber data adalah sebagai berikut :
1..ketua
yayasan pondok pesantren nurul jannah nw ampenan selatan
2.
kepala desa kampung banjar ampenan selatan
3.
siswa-siswi pondok pesantren nurul jannah nw ampenan selatan
5.
Metode Pengumpulan Data
Metode
adalah cara yang telah teratur dan terpikir, baik untuk mencapai maksud dan
tujuan yang diinginkan oleh para peneliti (dalam ilmu pengetahuan), metode yang
digunakan. Sehubungan dengan penentuan metode ini maka ketetapan ketentuan dan
memilih metode merupakan hal yang sangat penting. Dalam mengumpulkan data di
lapangan peneliti menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1.
Metode
Observasi
Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. Adapun jenis-jenis observasi itu yaitu :
Observasi
partisipan adalah suatu proses pengamatan bagian dalam yang dilakukan oleh
observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan di
observer. Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota kelompok yang akan
di observasi. Sedangkan Observasi non partisipan adalah observasi yang
dilakukan dengan cara tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan
secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.[5]
Observasi
non partisipan observer hanya memerankan diri sebagai pengamat , sedangkan
dalam observasi partisipan observer berperan ganda, sebagai pengamat sekaligus
menjadi bagian dari yang diamati. Dalam penelitian sosial keagmaan observasi
partisipan lebih memungkinkan bagi peneliti untuk mudah menggali data dalam
persepektif subjek yang di teliti ( inner perspctive ).[6]
Adapun
metode observasi yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah metode
observasi partisipan, karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian sosial
keagamaan sehingga peneliti lebih mudah mendapatkan data yang valid yang terkait dengan penelitian ini.
Adapun
data yang ingin didapati oleh peneliti dalam observasi partisipan ini adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir di ampenan selatan
2.
Maka
dalam hal ini yang menjadi pokok observasi peneliti adalah melihat secara
langsung bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di daerah
ampenan serta bagaimana
2. Metode Wawancara
Wawancara
/interview adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.[7]
Maka
dari pendapat di atas peneliti pahami bahwa metode wawancara adalah suatu
metode yang dilakukan untuk mendapatkan data
melalui percakapan langsung dengan responden. Adapun jenis-jenis
wawancara sebagai berikut :
a. Wawancara Bebas
Wawancara
bebas adalah proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja
mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer (orang yang
diwawancarai)
b. Wawancara Terpimpin
Wawancara
Terpimpin ini juga disebut interview guide controlled interview atau structured
interview, yaitu wawancara menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti.
c. Wawancara Bebas Terpimpin
Wawancara
bebas terpimpin merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi
pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya
dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai
mengarahkan yang diwawancarai apabila ia ternyata menyimpang. Pedoman interview
berfungsi sebagai pengendali jangan sampai proses wawancara kehilangan arah.
Dalam
usaha mencari data di lapangan, peneliti menggunakan wawancara/interview bebas
terpimpin, sebab data yang dibutuhkan sangat kompleks / banyak. Adapun yang
peneliti wawancarai untuk mencari data adalah sebagai berikut
1.Pengurus pondok pesantren nurul
jannah nw ampenan selatan
2.Masyarakat yang ada di desa tersebut
3. Tokoh Masyarakat didesa tersebut
3.
Metode Dokumentasi
Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat Lengger
dan agenda.[8]
Metode
dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang :
1. Keadaan masyarakat desa kampung
banjar
2. Data tentang kegiatan yang
berhubungan dengan masyarakat pesisir didesa kampung banjar.
5. Tekhnik Analisis data
Proses
selanjutnya setelah data-data terkumpul adalah menganalisa data-data yang sudah
terkumpul tersebut. Analisa data adalah “proses smengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.[9]
Penelitian
kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis ini lebih
merupakan “pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah
dikumpulkan, kemudian dikelompok-kelompokkan. Jadi, penyusunan teori ini
berasal dari bawah keatas, yaitu sejumlah bagian yang banyak data yang
dikumpulkan dan yang saling berhubungan.[10]
Maka
dari pendapat inilah peneliti akan menganalisa data yang sudah terkumpul untuk dibahas, ditafsirkan dan
dikumpulkan secara induktif yang berarti
suatu teknik analisa data yang berangkat dari hal-hal yang khusus menuju
hal-hal yang umum sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
hal-hal yang terjadi, mengingat penelitian ini hanya menampilkan data-data yang
berupa ungkapan dan tidak menggunakan analisa statistik.
Tekhnik
yang dilakukan dalam melakukan analisis data ini adalah. Data yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah / diuraikan secara
khusus untuk kemudian menyimpulkan dalam bentuk umum / general.
6. Validasi Data
Agar memperoleh data yang benar-benar valid atau sah
maka untuk menjaga keabsahan data yang sudah ada atau di peroleh, maka peneliti
menggunakan tekhnik Trianggulasi dan memperpanjang masa observasi.
1. Trianggulasi adalah mengecek kebenaran data
tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain.[11]
2. Memperpanjang masa observasi. Hal ini dilakukan
untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan yang baik
dengan orang-orang dilokasi penelitian.[12]hal
ini juga peneliti lakukan jika tedapat kekurangan data maka peneliti langsung
terjun kembali kelapangan untuk menyempurnakan data agar data yang didapatkan
bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar