الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar
3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Ilustrasi
(inet)
dakwatuna.com
- Kembali puji dan syukur kita
panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan beribadah kepada
kita, khususnya pada bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui, bahkan ibadah
shalat Id kita pada pagi ini, Karenanya kita berharap semoga semua itu
dapat mengokohkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dalam menjalani sisa
kehidupan kita di dunia. Ketaqwaan yang membuat kita bisa keluar dari
berbagai persoalan hidup dan mengangkat derajat kita menjadi amat mulia di
hadapan Allah SWT.
Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Pagi ini
kita memiliki perasaan yang sama, yakni gembira. Gembira bukan karena banyak
makanan di rumah kita, bukan karena uang kita lebih dari cukup atau bukan
pula karena pakaian kita baru. Tapi kita gembira karena berada dalam kesucian
jiwa, kebersihan hati setelah melaksanakan ibadah Ramadhan. Rasulullah SAW
bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ
صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ
أُمُّهُ.
Allah
yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku
mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat
malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi
yang dilahirkan ibunya (HR. Ahmad).
Karena
itu seharusnya kita pun bersedih karena Ramadhan yang sudah berlalu belum
kita jalani ibadah di dalamnya dengan penuh kesungguhan, banyak di antara
kita yang berpuasa hanya tidak makan dan tidak minum, shalat tarawih hanya
mengejar jumlah rakaat tanpa kekhusyuan, tilawah Al-Qur’an yang hanya
mengejar target khatam tanpa berusaha memahaminya sampai begitu sayang kita
kepada harta sehingga tidak mau bersedekah atau hanya sedikit sedekah harta
yang kita keluarkan dibandingkan dengan banyaknya harta yang kita miliki.
Padahal belum tentu tahun depan Ramadhan bisa kita dapati lagi karena mungkin
saja umur kita tidak sampai pada Ramadhan tahun depan sebagaimana hal itu
dialami oleh orang tua kita, saudara-saudara, teman dan jamaah kita hingga
tokoh-tokoh kita yang sudah lebih dahulu dipanggil oleh Allah SWT, karenanya
kita doakan mereka yang sudah mendahului kita semoga diampuni dosa-dosa
mereka, diluaskan kubur mereka dan dimasukkan mereka ke dalam surga yang
penuh kenikmatan oleh Allah SWT.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kita
semua tentu menyadari betapa banyak pribadi, keluarga, masyarakat, jamaah
hingga bangsa dan negara yang tidak baik, amat jauh perjalanan hidupnya dari
ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT, bahkan bisa jadi kita termasuk
orang yang demikian, semua itu berpangkal pada hati. Karena itu, hati
memiliki kedudukan yang sangat penting. Baik dan buruknya seseorang sangat
tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah
orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah SAW
bersabda:
أَلاَ
إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah,
di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah
anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah,
segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh
karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini.
Melalui khutbah pada pagi ini akan kita bahas paling tidak lima hal
yang harus kita perlakukan terhadap hati kita masing-masing. Pertama,
hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya
orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam
hatinya, Allah SWT berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ
لاَ يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ
وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka
siksa yang amat berat. (QS Al-Baqarah [2]:6-7)
Itu
sebabnya, ketika Umar bin Khaththab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi
kafir bahkan sangat membenci Rasulullah SAW hingga bermaksud membunuhnya,
namun ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam
hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah
SAW. Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat
tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar
sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk
mengeluarkan atau membuangnya. Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan
jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga
akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat
dalam kehidupan kita di dunia ini bisa kita pahami sebagai bentuk upaya
menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah SWT,
namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka
hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.
Memperlakukan
hati yang Kedua adalah dibersihkan. Seperti halnya badan dan
benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah
dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan
kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya
dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan,
maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali,
Rasulullah SAW bersabda:
التاَّ
ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang
yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR.
Thabrani).
Hati
yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa,
karena dosa adalah kekotoran yang membuat manusia menjadi hina, Allah SWT
berfirman:
وَلاَ
تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ. إِلاَّ
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan
janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syu’araa [26]:87-89).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Ketiga, cara memperlakukan hati adalah harus dilembutkan.
Kelembutan hati merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki, hal ini
karena dengan hati yang lembut, hubungan dengan orang lain akan berlangsung
dengan baik dan ia mudah menerima nilai-nilai kebenaran. Kelembutan hati akan
membuat kita memandang dan menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih
sayang sehingga bila ada orang lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya
kita mengatasi persoalan hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin
sekali kita mudahkan, tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa
benci kepada orang lain meskipun ia orang yang tidak baik, karena kita pun
ingin memperbaiki orang yang belum baik.
Salah
satu yang harus kita waspadai yang menyebabkan hati menjadi keras sehingga
kita menjadi semakin jauh dari Allah SWT adalah berbicara yang tidak baik dan
tidak benar, hal ini karena ketika bicara kita demikian lalu ada orang lain
menegur, meluruskan atau menasihati, kita cenderung mempertahankan dan
membela diri atas pembicaraan kita yang tidak benar itu sehingga tanpa kita
sadari kita pun memiliki hati yang menjadi keras, Rasulullah SAW bersabda:
لاَ
تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ
بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ, وَإِنَّ أََبْعَدَ
النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى
Janganlah
kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena
banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati
keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya
keras (HR. Tirmidzi).
Untuk
bisa melembutkan hati, kita bisa melakukannya dengan banyak cara, di
antaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits
disebutkan:
أنَّ
رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ
قَلْبِهِ فَقَالَ: إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ
Seorang
lelaki pernah datang kepada Rasulullah SAW seraya melaporkan kekerasan
hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah
makanan kepada orang miskin” (HR. Ahmad).
Karena
itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu
sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi
pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya:
ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ
قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ
وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا
لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata
air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena
takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan. (QS Al-Baqarah [2]:74).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Keempat, hati harus disehatkan. Jasmani yang sehat membuat kita
memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan dan makanan yang lezat
bisa kita nikmati. Namun bila jasmani sakit tidak ada gairah hidup dan
makanan yang enak tidak antusias bagi kita untuk memakannya dan bila kita
makan pun tidak kita rasakan kelezatannya. Begitu pula halnya dengan hati,
bila hati sakit kita tidak suka pada kebaikan dan kebenaran. Islam merupakan
agama yang nikmat, namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan
kenikmatan menjalankan ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban.
Hati yang sakit biasanya dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman
tapi sekadar di lisan, mereka laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi
maksudnya adalah untuk mendapatkan pujian orang, karena itu tidak mereka
rasakan nikmatnya beribadah dan berbuat baik. Allah SWT berfirman:
وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم
بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ
إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Di
antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang
pedih,disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah [2]:8-10)
Karena
itu, orang munafik akan mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan
keburukan yang mereka sembunyikan di dalam hatinya, Allah SWT berfirman:
فَتَرَى
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَن
تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ فَعَسَى اللّهُ أَن يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ
مِّنْ عِندِهِ فَيُصْبِحُواْ عَلَى مَا أَسَرُّواْ فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ
Maka
kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata:
“Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam
diri mereka.” (QS Al-Maidah [5]:52
Kelima, ditajamkan. Hati harus kita asah hingga menjadi
seperti pisau yang tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah
sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah pula membedakan mana haq dan mana
yang bathil, bahkan perintah pun tidak selalu harus disampaikan dengan
kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah cukup dipahami kalau hal
itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim dan Ismail as
merupakan di antara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga
perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi
dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim
menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu
merupakan perintah dari Allah SWT.
Untuk
mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan
salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada
kita meskipun dengan bahasa isyarat sudah menyadarkan akan kesalahan yang
kita lakukan, ini membuat kita dengan mudah bisa menangkap dan membedakan
mana yang haq dan mana yang bathil, sesuatu yang selama ini semakin hilang
dari pribadi masyarakat kita sehingga yang haq ditinggalkan dan yang bathil
malah dikerjakan, Allah SWT mengingatkan soal ini dalam firman-Nya:
وَلاَ
تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى
الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ
وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang
lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al-Baqarah
[2]:188).
Dengan
demikian, menjadi amat penting bagi kita semua untuk memperlakukan hati
dengan sebaik-baiknya sehingga perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan
bangsa sesudah Ramadhan berakhir dapat kita lakukan. Akhirnya, marilah kita
akhiri ibadah shalat Id kita pada pagi ini dengan sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya
Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya
Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum
yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya
Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi
urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup
kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah
kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian
kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ
مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا
بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ
الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ
مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya
Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara
kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah,
anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan
kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan
jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah
Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami
dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ
اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ
يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang
tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari doa yang tak
didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’I).
رَبَّنَا
اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
Ya
Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan
yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
|