KHUTBAH IED FITRI 2013
8/4/2012 8:36:18 PM
|
Tiga Sifat Orang Bertakwa | Khutbah Idul
Fitri 1433 H
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ
يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا
إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه
ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .
{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [النساء: 1] .
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70- 71]. أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَالْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا أَلَا وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Bulan yang penuh berkah dan kemulian, bulan ramadhan, telah
melewati kita. Bulan penuh ampunan dan maghfirah telah memotong umur kita
pada tahun ini untuk kembali pada tahun berikutnya. Bisa jadi, kita masih
bertemu dengan bulan ini pada tahun berikutnya, namun tidak menutup
kemungkinan, ramadhan lalu adalah ramadhan terakhir yang kita lakukan di
dunia ini.
Di hari yang mulia ini, Idul Fitri, marilah kita muhasabah dan
introspeksi sejenak. Kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Sebuah
pertanyaan, “Ramadhan ke berapakah ramadhan kemarin sejak kita menginjak
dewasa?” Jawabannya memang sangat bervariasi, bisa satu, dua, tiga…….lima,
sepuluh, belasan, bahkan yang ke sekian puluhan kali. Dan pertanyaan
selanjutnya, pertanyaan yang terpenting, “Apakah kita sudah mampu menjadi
produk ramadhan ? Sudahkah amalan yang kita kerjakan pada bulan ramadhan
berbekas dalam diri kita pada bulan-bulan setelahnya? Untuk menjadi
insan-insan yang bertakwa.
Karena itulah sangat penting bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat orang yang bertakwa. Penting sebagai muhasabah kita. Apakah ramadhan kita yang lalu betul-betul mencetak karakter dan sifat takwa dalam diri kita ataupun tidak. Diantara sifat-sifat Muttaqin yang disebutkan Allah terdapat dalam surat adz-Dzaariyaat :15-19. Allah swt berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ {15} ءَاخِذِينَ
مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ {16}
كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ {17} وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ
يَسْتَغْفِرُونَ {18} وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
{19}
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam
taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang
diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika
di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di
waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.”
Di dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan tiga ciri orang bertakwa; yaitu (1) gemar shalat malam, (2) beristighfar di waktu sahur dan (3) memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin papa.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd
Jama’ah shalat iedul fitri rahimakumullah….,
Sifat orang bertakwa yang pertama adalah (كَانُوا قَلِيلاً
مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Artinya,
orang yang bertakwa adalah orang yang gemar shalat malam.
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga pernah bersabda, عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ “Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kalian kepada Allah, menjaga diri dari dosa, menghapus kesalahan dan menghilangkan penyakit dari tubuh.” (HR. at Tirmidzi, Ahmad, al Baihaqi dan al Hakim). Teladan paling agung dalam masalah ini adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri. Suatu hari… Atha’, ‘Ubaid bin Umair dan Abdullah bin Umar bertamu ke rumah Ummul Mukminin -Aisyah, salah satu istri Rasululloh tercinta. Abdullah bin Umar pun bertanya kepada ibunda Aisyah, “Wahai ibunda, dalam kehidupan Rasululloh, kejadian apakah yang paling menakjubkan ?.”
Ketika diingatkan dengan orang yang paling dicinta, Ummul
Mukminin –Aisyah- tidak bisa menutupi kerinduannya kepada Rasululloh,
suaminya tercinta. Ia menangis.., air mata berlinang membasahi pipinya.
Teringat kepada Rasul mulia, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dan dengan sesenggukan isak tangisnya, ia menjawab, “Duhai saudaraku, semua kehidupan Rasululloh adalah menakjubkan.” “Baiklah. Akan aku ceritakan kisah yang paling menakjubkan dari beliau.” Lanjut ummul mukminin, Aisyah.
“Pernah, suatu malam…., yaitu ketika malam giliranku, kami
sudah berada di tempat pembaringan. Kulitku dan kulit beliau sudah
bersentuhan. Namun.., beliau meminta izin kepadaku, “Duhai Aisyah, izinkanlah
aku untuk beribadah kepada Rabb-ku.” Aku menjawab, “Wahai Rasululloh, aku
ingin dekat denganmu, dan siap melayanimu.” Namun Rasululloh tetap ingin
beribadah pada malam itu.
Beliau mengambil air wudhu, dan shalat. Bermunajat dan
bersimpuh di hadapan Allah dengan penuh kekhusyukan. Ketika berdiri dalam
shalatnya, beliau menangis dengan mata berlinang airmata. Ketika duduk beliau
memuji Allah, kemudian menangis, dan air mata beliau yang suci membasahi
hijrnya (tempat shalatnya). Dan ketika selesai shalat, beliau berbaring
dengan posisi miring ke kanan dan meletakkan tangannya di bawah pipinya,
beliau pun juga menangis, dan aku melihat airmata beliau membasahi bumi.
Beliau melakukan shalat dan menangis seperti itu hingga Bilal bin Rabbah
datang untuk mengumandangkan adzan yang pertama.
Kemudian Bilal berkata, “Shalat wahai Rasululloh.” Tetapi ketika melihat orang yang paling dicintainya menangis sedemikian rupa, Bilal bin Rabbah, shahabat yang menjadi mu’adzin beliau, juga menangis sesenggukan…, dan berkata dengan nada sedu-sedan,
يَا رَسُوْلَ اللهِ لِمَ تَبْكِي وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا
تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ
Wahai Rasululloh, kenapa anda menangis…..padahal bukankah
Allah sudah mengampuni dosa anda, baik yang telah lalu maupun yang
terkemudian ?”
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab,
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur ?.” (Ibnu
Hibban, no 620)
Subhanallah. Manusia mulia, yang ma’shum; terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas imannya dan paling tinggi takwanya saja masih senantiasa melaksanakan shalat malam dengan berlinang air mata. Maka kita, sebagai umat beliau, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di jannah nanti lebih pantas untuk memperbanyak ibadah kita kepada Allah Ta’ala.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Jama’ah shalat iedul fitri yahdikumullah…., Sifat orang bertakwa yang kedua adalah (وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ) “mereka beristighfar di waktu sahur.” Waktu sahur adalah waktu yang penuh keutamaan, kemuliaan dan kebaikan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir, padahal Nabi kita tercinta pernah bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia ketika
sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa
akan aku kabulkan. Siapa yang meminta akan Aku beri. Dan siapa yang memohon
ampun akan Aku ampuni.”
Adakah yang kita harapkan selain ampunan dari Allah atas
segala kesalahan dan dosa kita?
Para ulama’ menyebutkan bahwa taubat dan beristighfar dari dosa adalah wajib. Oleh karenanya Allah berfirman, “….dan siapa yang tidak bertaubat maka dia adalah orang yang zhalim.” (al-Hujuraat: 1). Orang yang tidak bertobat, tidak beristigfar dan tidak mau mengakui kesalahan dengan memohon ampunan Allah adalah orang zhalim. Pikirannya picik, karena tidak mau mengakui dosanya padahal Rasululloh pernah bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ
التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam adalah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang
yang berbuat dosa adalah orang-orang yang mau bertaubat.” (Ibnu Majah, no
4251)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah….
Adapun sifat yang ketiga adalah, (وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ) “ dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta. Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan.
Sering kali kita bertanya, “Sedemikian pentingkah bersedekah
sehingga Allah selalu mengulang perintah bersedekah ini dalam banyak
ayat-Nya?”
Jawabannya adalah Ya. Allah memerintahkan kita untuk bersedekah karena kebaikannya akan kembali kepada diri kita. Allah berfirman, “Dan harta apa saja yang baik, yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri.” (al Baqarah : 272). Jama’ah shalat Iedul Fitri Rahimakumullah…. Pada suatu hari, ada seseorang yang meninggal dunia. Dan ketika dipekuburan, ada seorang shalih bertanya kepada orang yang di sampingnya, “Kamu tahu, apa yang diinginkan oleh si fulan yang sedang dikuburkan ini?” “Ya.” “Apa itu?” “Ia pasti ingin dikembalikan ke dunia, agar bisa menambah pundi-pundi amal kebajikannya.” “Kamu benar, tetapi itu tidak mungkin. Oleh karenanya, mumpung kita masih hidup dan diberi kesempatan oleh Allah mari kita memperbanyak amal shaleh kita.” Tidak ada orang yang meninggal kecuali ia ingin kembali ke dunia; kalau ia orang baik, ia ingin kembali ke dunia untuk menambah amal shalihnya agar bisa meninggikan derajatnya di sisi Allah, sedang kalau ia orang fajir, ia juga ingin kembali ke dunia untuk beramal shaleh sebanyak-banyaknya agar bisa memperingan siksanya. Sufyan bin Uyainah Rahimahullohv berkata,
أَّشَدُّ النَّاسِ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةٌ
رَجُلٌ كَانَ لَهُ عَبْدٌ فَجَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَفْضَلُ عَمَلًا مِنْهُ وَرَجُلٌ لُهُ مَالٌ فَلَمْ يَتَصَدَّقْ مِنْهُ فَمَاتَ فَوَرَّثَهُ فَتَصَدَّقَ مِنْهُ وَرَجُلٌ عَالِمٌ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ فَعَلَّمَ غَيْرَهُ فَانْتَفَعَ بِهِ
“Orang yang paling besar penyesalannya pada hari kiamat nanti
ada tiga; yaitu,
1. Seorang tuan yang memiliki budak, namun ternyata pada hari kiamat nanti amal budaknya lebih baik daripada amalnya; 2. Orang yang memiki harta namun ia tidak menyedekahkannya, lalu ia meninggal dunia sehingga hartanya diwariskan kepada ahli warisnya dan mereka menyedekahkannya; dan 3. Seorang alim (berilmu) yang tidak mengamalkan ilmunya, lalu ia mengajarkan kepada orang lain sedang ia mengamalkannya.” ( Shifatush Shafwah : 2/235). Dan terkhusus kepada segenap ibu-ibu dan semua kaum wanita…, kami berwasiat sebagaimana apa yang dinasehatkan oleh Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Setelah beliau menyampaikan khotbah Idul fitri, beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ ، فَإِنِّى أُرِيتُكُنَّ
أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai segenap kaum wanita…, bersedekahlah, dan perbanyaklah
istighfar karena aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”
وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
Karena sebab apa wahai Rasululloh ?” tanya mereka.
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri pemberian suami.”
Jawab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. (HR. Bukhari-Muslim).
Itulah tiga sifat orang bertakwa yang dijanjikan jannah oleh
Allah Ta’ala. Jannah, Ma la ainun raat wa la udzunun sami’at wa la khathara
ala qalbil basyar…., kenikmatan jannah, itu tidak terlihat oleh mata, tidak
pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh sanubari
manusia. Semoga kita dimudahkan, dan diberi taufik oleh Allah untuk
mengamalkan amalan-amalan ahli jannah ini. Amin.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ
إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَّللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وْالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى دِينِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا اللَّهُمَّ احْفَظْنِا مِنْ بَيْنِ أيَدينَا وَمِنْ خَلْفِنَا وَعَنْ يَمِينِنَا وَعَنْ شِمَالِنَا وَمِنْ فَوْقِنَا وَنعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ |
KHUTBAH IDUL FITRI TERBARU
8/4/2012 8:23:59 PM
|
الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar
3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Ilustrasi
(inet)
dakwatuna.com
- Kembali puji dan syukur kita
panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan beribadah kepada
kita, khususnya pada bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui, bahkan ibadah
shalat Id kita pada pagi ini, Karenanya kita berharap semoga semua itu
dapat mengokohkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dalam menjalani sisa
kehidupan kita di dunia. Ketaqwaan yang membuat kita bisa keluar dari
berbagai persoalan hidup dan mengangkat derajat kita menjadi amat mulia di
hadapan Allah SWT.
Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Pagi ini
kita memiliki perasaan yang sama, yakni gembira. Gembira bukan karena banyak
makanan di rumah kita, bukan karena uang kita lebih dari cukup atau bukan
pula karena pakaian kita baru. Tapi kita gembira karena berada dalam kesucian
jiwa, kebersihan hati setelah melaksanakan ibadah Ramadhan. Rasulullah SAW
bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ
صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ
أُمُّهُ.
Allah
yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku
mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat
malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi
yang dilahirkan ibunya (HR. Ahmad).
Karena
itu seharusnya kita pun bersedih karena Ramadhan yang sudah berlalu belum
kita jalani ibadah di dalamnya dengan penuh kesungguhan, banyak di antara
kita yang berpuasa hanya tidak makan dan tidak minum, shalat tarawih hanya
mengejar jumlah rakaat tanpa kekhusyuan, tilawah Al-Qur’an yang hanya
mengejar target khatam tanpa berusaha memahaminya sampai begitu sayang kita
kepada harta sehingga tidak mau bersedekah atau hanya sedikit sedekah harta
yang kita keluarkan dibandingkan dengan banyaknya harta yang kita miliki.
Padahal belum tentu tahun depan Ramadhan bisa kita dapati lagi karena mungkin
saja umur kita tidak sampai pada Ramadhan tahun depan sebagaimana hal itu
dialami oleh orang tua kita, saudara-saudara, teman dan jamaah kita hingga
tokoh-tokoh kita yang sudah lebih dahulu dipanggil oleh Allah SWT, karenanya
kita doakan mereka yang sudah mendahului kita semoga diampuni dosa-dosa
mereka, diluaskan kubur mereka dan dimasukkan mereka ke dalam surga yang
penuh kenikmatan oleh Allah SWT.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kita
semua tentu menyadari betapa banyak pribadi, keluarga, masyarakat, jamaah
hingga bangsa dan negara yang tidak baik, amat jauh perjalanan hidupnya dari
ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT, bahkan bisa jadi kita termasuk
orang yang demikian, semua itu berpangkal pada hati. Karena itu, hati
memiliki kedudukan yang sangat penting. Baik dan buruknya seseorang sangat
tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah
orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah SAW
bersabda:
أَلاَ
إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah,
di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah
anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah,
segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh
karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini.
Melalui khutbah pada pagi ini akan kita bahas paling tidak lima hal
yang harus kita perlakukan terhadap hati kita masing-masing. Pertama,
hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya
orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam
hatinya, Allah SWT berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ
لاَ يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ
وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka
siksa yang amat berat. (QS Al-Baqarah [2]:6-7)
Itu
sebabnya, ketika Umar bin Khaththab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi
kafir bahkan sangat membenci Rasulullah SAW hingga bermaksud membunuhnya,
namun ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam
hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah
SAW. Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat
tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar
sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk
mengeluarkan atau membuangnya. Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan
jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga
akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat
dalam kehidupan kita di dunia ini bisa kita pahami sebagai bentuk upaya
menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah SWT,
namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka
hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.
Memperlakukan
hati yang Kedua adalah dibersihkan. Seperti halnya badan dan
benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah
dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan
kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya
dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan,
maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali,
Rasulullah SAW bersabda:
التاَّ
ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang
yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR.
Thabrani).
Hati
yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa,
karena dosa adalah kekotoran yang membuat manusia menjadi hina, Allah SWT
berfirman:
وَلاَ
تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ. إِلاَّ
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan
janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syu’araa [26]:87-89).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Ketiga, cara memperlakukan hati adalah harus dilembutkan.
Kelembutan hati merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki, hal ini
karena dengan hati yang lembut, hubungan dengan orang lain akan berlangsung
dengan baik dan ia mudah menerima nilai-nilai kebenaran. Kelembutan hati akan
membuat kita memandang dan menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih
sayang sehingga bila ada orang lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya
kita mengatasi persoalan hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin
sekali kita mudahkan, tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa
benci kepada orang lain meskipun ia orang yang tidak baik, karena kita pun
ingin memperbaiki orang yang belum baik.
Salah
satu yang harus kita waspadai yang menyebabkan hati menjadi keras sehingga
kita menjadi semakin jauh dari Allah SWT adalah berbicara yang tidak baik dan
tidak benar, hal ini karena ketika bicara kita demikian lalu ada orang lain
menegur, meluruskan atau menasihati, kita cenderung mempertahankan dan
membela diri atas pembicaraan kita yang tidak benar itu sehingga tanpa kita
sadari kita pun memiliki hati yang menjadi keras, Rasulullah SAW bersabda:
لاَ
تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ
بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ, وَإِنَّ أََبْعَدَ
النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى
Janganlah
kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena
banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati
keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya
keras (HR. Tirmidzi).
Untuk
bisa melembutkan hati, kita bisa melakukannya dengan banyak cara, di
antaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits
disebutkan:
أنَّ
رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ
قَلْبِهِ فَقَالَ: إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ
Seorang
lelaki pernah datang kepada Rasulullah SAW seraya melaporkan kekerasan
hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah
makanan kepada orang miskin” (HR. Ahmad).
Karena
itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu
sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi
pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya:
ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ
قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ
وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا
لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata
air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena
takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan. (QS Al-Baqarah [2]:74).
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Keempat, hati harus disehatkan. Jasmani yang sehat membuat kita
memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan dan makanan yang lezat
bisa kita nikmati. Namun bila jasmani sakit tidak ada gairah hidup dan
makanan yang enak tidak antusias bagi kita untuk memakannya dan bila kita
makan pun tidak kita rasakan kelezatannya. Begitu pula halnya dengan hati,
bila hati sakit kita tidak suka pada kebaikan dan kebenaran. Islam merupakan
agama yang nikmat, namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan
kenikmatan menjalankan ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban.
Hati yang sakit biasanya dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman
tapi sekadar di lisan, mereka laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi
maksudnya adalah untuk mendapatkan pujian orang, karena itu tidak mereka
rasakan nikmatnya beribadah dan berbuat baik. Allah SWT berfirman:
وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم
بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ
إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Di
antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang
pedih,disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah [2]:8-10)
Karena
itu, orang munafik akan mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan
keburukan yang mereka sembunyikan di dalam hatinya, Allah SWT berfirman:
فَتَرَى
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَن
تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ فَعَسَى اللّهُ أَن يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ
مِّنْ عِندِهِ فَيُصْبِحُواْ عَلَى مَا أَسَرُّواْ فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ
Maka
kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata:
“Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam
diri mereka.” (QS Al-Maidah [5]:52
Kelima, ditajamkan. Hati harus kita asah hingga menjadi
seperti pisau yang tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah
sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah pula membedakan mana haq dan mana
yang bathil, bahkan perintah pun tidak selalu harus disampaikan dengan
kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah cukup dipahami kalau hal
itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim dan Ismail as
merupakan di antara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga
perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi
dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim
menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu
merupakan perintah dari Allah SWT.
Untuk
mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan
salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada
kita meskipun dengan bahasa isyarat sudah menyadarkan akan kesalahan yang
kita lakukan, ini membuat kita dengan mudah bisa menangkap dan membedakan
mana yang haq dan mana yang bathil, sesuatu yang selama ini semakin hilang
dari pribadi masyarakat kita sehingga yang haq ditinggalkan dan yang bathil
malah dikerjakan, Allah SWT mengingatkan soal ini dalam firman-Nya:
وَلاَ
تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى
الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ
وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang
lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al-Baqarah
[2]:188).
Dengan
demikian, menjadi amat penting bagi kita semua untuk memperlakukan hati
dengan sebaik-baiknya sehingga perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan
bangsa sesudah Ramadhan berakhir dapat kita lakukan. Akhirnya, marilah kita
akhiri ibadah shalat Id kita pada pagi ini dengan sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya
Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya
Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik
pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum
yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya
Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi
urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup
kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah
kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian
kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ
مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا
بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ
الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ
مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ
مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya
Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara
kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah,
anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan
kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan
jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah
Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami
dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ
اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ
يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang
tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari doa yang tak
didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’I).
رَبَّنَا
اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
Ya
Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan
yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
|
KHHUTBAH IDUL FITRI 1433H
8/4/2012 8:14:23 PM
|
Idul Fitri: Kemenangan dan cobaan
إِنَّ اْلحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شرَيِْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ) (آل عمران:102)
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً) (الأحزاب:70) (يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً) (الأحزاب:71) أَلاَ وَإِنَّ أَصْدَقَ اْلكَلاَمِ
كَلاَمُ اللهِ تَعَالىَ وَخَيْرَ اْلهُدَي هُدَي مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فيِ النَارِ ،أما بعد :
Ketahuilah bahwa Allah ta’ala menjadikan kehidupan dunia
ini sebagai ujian dan cobaan bagi hamba-hambanya agar diketahui siapakah dari
hambaNya yang mentataiNya dan siapa yang mendurhakaiNya: Dialah Allah yang
menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, manakah di antara
kalian yang paling baik amalnya, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun)
الَّذِي
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ) (الملك:2)
Orang yang berbahagia adalah orang yang mampu menjadikan kehidupannya
sebagai bekal menuju perjalanan panjang ke akherat kelak.
Ma’asyiral muslimin yahdikumullah…
Saat ini semua umat Islam diseluruh penjuru negeri
bergembira menyambut Idul Fitri, yang memang merupakan waktu yang diajarkan
oleh Islam untuk bergembira. Karena memang inilah hari raya kita, hari raya
dimana kita bias bergembira menyambut kedatangannya. Ada banyak hari di mana
orang biasanya bergembia dan berpesta, kita tidak akan hanyut pada hari-hari
di mana orang lain berpesta, karena kita sebagai orang Islam memiliki hari
raya sendiri yang ajarkan oleh Allah yakni hari raya idul fitri dan hari raya
qurban.
Kegembiraan
kita di hari raya ini merupakan perwujudan rasa syukur kita kepada Allah swt
atas segala karunia dan nikmat yang telah kita terima, baik karunia lahir
maupun batin. Khususnya kita bersyukur bahwa kita mampu dan masih diberi
kesempatan melaksanakan puasa dan qiyam lail. Yang pahalanya tidak terhitung
nilainya di sisi Allah swt. Allah berfirman bahwa orang yang senantiasa
bersyukur terhadap Allah pastilah Allah akan menambah karunia, dan barang
siapa yang mengingkari nikmat Allah maka Allah menjanjikan adzab yang sangat
pedih. Dan ketahuilah bahwa janji Allah pada saaatnya nanti pasti akan
terjadi.
Shalawat dan salam kepada junjungan nabi kita, nabi
Muhammad saw, yang telah mengajarkan bagaimana mengenal Allah sang Pencipta
kita dan jagad raya ini. Nabi yang telah mengajarkan kepada kita bagaimana
menyembah Allah dengan benar sehingga kita menjadi sebaik-baik umat manusia
di muka bumi. Maka kiat senantiasa memanjatkan salawat dan salam atas beliau
sebagaimana Allah dan para malaikatpun bershalawat pada Rasulullah karena
demikian agungnya sosok nabi Muhammad di hadapan Allah dan para malaikat. Al
ahzab (33):56
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦)
Ma’asyiral
56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[1230].
Muslimin yang berbahagia..
Marilah kita sambut hari raya idul fitri ini dengan takbir
mengumadangkan kebesaran Allah swt. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
kabira….Karena Allah sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa
yang mengagungkan selain Allah maka ia termasuk orang yang melampui batas dan
telah berbuat kesyirikan yang nyata.
Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling
besar, gumedhe, jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk
dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala
keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah
makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain
kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih saying Allahlah
kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Maka
apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ?
Apakah
yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di
hadapan Allah ?
Apakah
yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir
??
Apakah
yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah
yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah
yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?
Apakah
yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung
memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan
Apakah
kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita
durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…
Ma’syiral
muslimin rahimakumullah…
Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan
oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku
kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita.
Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya
kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah swt. Maka
bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan islam.
Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan
berkepanjangan di akherat kelak.
Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah
justru semakin jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.
Ada
dua sikap yang ditunjukkan manusia ketika menghadapi nikmat atau cobaan.
Yakni
pertama sikap syukur dan kedua sikap kufur. Ibrahim(14):7
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (٧)
Dan
(ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”.
Marilah
kita coba melihat satu persatu. Kita apakah kita termasuk hamba yang
bersyukur atau yang kufur.
Kita
hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita (dan kita sesungguhnya
tidak akan pernah mampu menghitung nikmat Allah)
Allah
telah memberikan kita badan yang sehat lengkap, semua berfungsi sebagaimana
mestinya. Satu saja dari anggota badan kita ini tidak berfungsi sungguh
betapa tersiksanya kita. Kita punya dua mata, satu mata sakit ringan untuk
beberapa hari saja, ingat …bukan sakit berat, serasa keseimbangan badan kita
menjadi oleng, mata terasa mau copot. Belum anggota badan yang lain.
Pernahkah kita bersyukur, ingat kepada Allah….bahwa Allah telah memberi kita
bentuk yang sedemikian sempurna. Pernahkah terucap tabarakallah ahsanul
khalikin (terpujilah Allah dzat sebaik-baik pencipta) atau justru kita tidak
ingat Allah sama sekali.
Allah
memberikan hewan ternak dan panen yang cukup untuk kita makan, bersyukurkah
kita kepada Allah atas rezki ini ?? Ingatkah kita kepada Allah, dzat yang
memberi rezki atas selama ini yang kita makan ??? . Ataukah justru kita
mengingkari Allah karena Allah memberi panen tidak seperti yang kita
harapkan. Ataukah justru kita lupa kepada Allah dan bahkan malah ingat kepada
sesuatu yang kita anggap mbau rekso panen kita.??
Allah
memberikan kepada kita anak-anak yang sanagt kita dambakan, ingatkah bahwa
Allah yang memberikan kita keturunan ataukah justru kita lalai mengingat
Allah karena anak-anak kita ?
Allah
memberikan kita perniagaan dan perdangan yang laris, bersyukurkah kita bahwa
Allah ataukah justru kita lalai kepada Allah karena kesibukan kita kepada
perdangan tersebut.
Ingatlah
kisah anak paman nabi Musa yang bernama Qarun, ia sesungguhnya adalah
termasuk hamba Allah yang shaleh pada awal mulanya, memiliki suara yang
merdu, manakala membaca kitab Taurat maka hati dan jiwa akan khusuk mnyimak
firman Allah tersebut. Karena kesalehannya Allah memberi karunia
perbedandaharaan harta benda yang tak terkira banyaknya. Kunci-kunci gudang
perbendaharaan hartanya tidak mampu dipikul sejumlah orang kuat pada masa
itu. Tapi apa akhhir dari qarun ini, ia tidak mau bersyukur kepada Allah, ia
lupa dan lalai kepada Allah, dikiranya harta itu adalah jerih payah dari
ilmunya. Qarun berkata bahwa harta benda itu didapat karena ilmunya sendiri
(al qashash (28):78):
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى
عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ
مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا
يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (٧٨)
Karun
berkata: “Sesungguhnya aku hanya
diberi
harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui,
bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih
kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Ia tidak menyadari bahwa hartanya
itu adalah karunia dan kemurahan Allah kepada dirinya. Karena Allah dzat maha
pemberi rizki. Karena lalai, maka Allah menenggelamkan dirinya dan hartanya
ke dalam bumi. Itulah balasan orang yng tidak mau bersyukur kepada Allah.
Maka
berkatalah orang-orang yang dulu menginginkan harta seperti qarun: berkata: “Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak
beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (al qashash (28):
82)
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالأمْسِ
يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا
وَيْكَأَنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (٨٢)
Sulaiman
alaih salam, seorang nabi dan raja diraja meng menguasai dunia manusia dan
binantnag, laut dan daratan serta udara, baik dunia kasat mata maupun dunia
yang tidak kasat mata. Beliau mampu memahami bahasa binantang. Maka tatkala
ia mendengar suara semut. Ia ingat Allah swt seraya berdo’a : “Ya Tuhanku
berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (an naml:19)
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ
قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ (١٩)
Di
sisi lain iapun bersyukur atas segala karunia yang telah diterimanya iapun berkata: “Ini Termasuk
kurnia Tuhanku untuk mengujiku aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka
Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (an naml: 40)
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ
الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا
رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي
أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ
كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (٤٠)
Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji
bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman.”
(an naml: 15)
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ
وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى
كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ (١٥)
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah..
Demikianlah
teladan yang diberikan Nabi Sulaiman ketika mendapat karunia dari Allah swt.
Begitu pula ketika seseorang mendapat musibah baik pada
dirinya, keluarganya, harta bendanya atau lingkungannya. Apakah ia akan ingat
kepada Allah dengan minta ampunan dan istighfar. Ataukah justru berpaling
dari Allah segala tindakan kemungkaran dan kesyirikan.
Ayyub,
Nabi Allah yang begitu tabah mendapatkan cobaan merupakan teladan yang baik
dalam hal ini. Ketika Allah karuniakan anak-anak yang shalih, istri yang
shalihah, kebun dan ternak yang banyak hasilnya, tidak menambah apa – apa
selain rasa syukur kepada Allah swt. Hingga akhirnya ia diuji dengan kehilangan
semuanya, tetapi tidak mengurangi rasa syukurnya kepada Allah maka Allah
mengembalikan semuanya kepada Nabi Ayyub. Bahkan ia tetap memuji Allah dengan
berkata: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Al anbiya(21):
83.
Ma’asyiral
muslimin arsyadakumullah….
Hakekat
hidup adalah ujian dan cobaan, maka barang siapa yang lulus darinya Allah
akan meninggikan derajatnya dan memberikan karunianya di dunia ini maupun di
akherat kelak. Akan tetapi siapa yang tidak lulus ujian dan menjadi durhaka
maka kehinaan dan kenistaan akan diterimanya di dunia dan di akherat kelak.
Apakah kita akan mengatakan kami beriman kepada Allah
sebelum Allah menerimakan cobaan kepada kita sebagaimana orang-orang beriman
jaman dahulu menerima cobaan. Sehingga bisa diketahui dengan benar siapa
hamba Allah yang sebenarnya/bersyukur dan siapa yang dusta/kufur. (al ankabut
(29):2)
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)
2. Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka
tidak diuji lagi?
وَلَقَدْ
فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Kalau ada musibah kemudian orang cenderung mengkaitkan
musibah itu dengan klenik, syirik, sesaji, larung dan sebagainya maka bias
dipastikan bahwa hal tersebut merupakan kemungkaran yang bertentangan dengan
ajaran Islam, karena semua hal adalah miliki Allah, dzat yang memberi manfaat
dan mudharat, maka semestinya bila ditimpa musibah segera minta ampun,
beristighfar memperbanyak dzikir dan ingat serta kembali kepada Allah, bukan
mencari jalan keluar yang justru menambah kemurkaan Allah.
Sebaliknya bila mendapatkan karunia segera ingat bahwa hal
tersebut atas karunia Allah semata sehingga semakin menambah rasa syukurnya
kepada Allah, dan tidak akan menjerumuskannya pada pengagungan diri sendiri.
Maka idul fitri ini sekaligus kemenangan kita menahan hawa
nafsu kejelakan selama ini sekaligus sebagai ujian keimanan bagi kita kaum
muslimin untuk menghadapi tahun-tahun mendatang. Semoga Allah menguatkan hati
kita untuk teguh perpegang kepada Allah ta’ala.
Wallahu
a’alm bishwab.
Ini
barangkali renungan kita di sela-sela kita merayakan idul fitri sehingga hari
raya kita tetap menjadi lebih bermakna. Maka marilah kita berdo’a kepada
Allah swt semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba-hambaNya yang pandai
bersyukur, mentaati perintahnya dan menjauhkan kita dari adzab dan siksanya
yang sangat pedih.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ
إِبْراَهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعلَىَ آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الصَحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ
وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إَلَى يَوْمِ الدِيْنِ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلِّ الشِرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَك
َأَعْدَاءَ الدِيْنِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ َاْلأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ بِرَحْمِتِكَ
ياَ أَرْحَمَ الرَاحِمِيْنَ
اَلَّلهُمَّ أَعِنَّا عَلىَ
ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا
صِيَامَنَا وَ قِيَامَنَا وَ قِرَاءَتَنَا وَ زَكَاتَنَا وَ عِبَادَتَنَا
كُلَّهاَ . اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ
وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ
رَحِيْمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُنْيَا
حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قَنَا عَذاَبَ النَارِ
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ
جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar