Assalamu’alaikum
warohmatullahiwabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa
mencurahkan berbagai macam ni'mat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas inayah
Allah jugalah kami dapat menyelesaikan dan menyampaikan beberapa hal yang perlu
kita sama-sama ketahi yaitu Balasan Kesabaran. Sholawat dan
salam semoga selalu tersanjung kepada Nabi Muhammad SAW juga kepada para
keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang tetap teguh dan istiqomah
memegang teguh ajaran beliau hingga akhir zaman.
Balasan
Kesabaran
Sabar adalah pilar kebahagiaan
seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari
kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi
berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala
sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id,
hal. 95)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al
‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada
Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir
Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Ø Seperti firman Allah dalam alqur’an
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا
لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ ﴿١٥٦﴾
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah - buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang - orang yang sabar, (yaitu) orang - orang yang
apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
rajiuun”
(QS Al-Baqarah: 155 - 156)
Dan juga sedikit kita
baca kisah dibawah ini
Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata: "Anak laki-laki Abu
Thalhah dari Ummu Salamah meninggal dunia. Maka isterinya berkata kepada
keluarganya, 'Jangan kalian beritakan kepada Abu Thalhah tentang kematiannya,
sam-pai aku sendiri yang mengabarkannya!' Anas bin Malik berkata, 'Abu Thalhah
datang dan dihidangkan kepadanya makan malam, maka ia pun makan dan minum'.
Anas berkata, 'Sang isteri kemudian berdandan indah bahkan lebih indah
dari waktu-waktu yang sebelumnya. Setelah dia merasa bahwa Abu Thalhah telah
kenyang dan puas dengan pelayanannya, sang isteri bertanya, 'Wahai Abu Thalhah,
bagaimana pendapatmu tentang suatu kaum yang meminjamkan sesuatu kepada sebuah
keluarga, lalu mereka mengambil barang yang dipinjamkannya, apakah mereka
berhak menolaknya?' Ia berkata, 'Tidak (berhak)!' 'Jika demikian, maka mintalah
pahalanya kepada Allah tentang puteramu (yang telah diambilNya kembali)', kata
sang isteri. Suaminya menyergah, 'Engkau biarkan aku, sehingga aku tidak
mengetahui apa-apa, lalu engkau beritakan tentang (kematian) anakku?'
Setelah itu, ia berangkat mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, 'Semoga Allah memberkahi kalian berdua tadi malam'.
Anas berkata, 'Lalu isterinya mengandung dan melahirkan seorang anak. Kemudian
Abu Thalhah berkata kepadaku, 'Bawalah dia kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam'. Lalu aku bawakan untuknya beberapa buah kurma.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengambil anak itu seraya
berkata, 'Apakah dia membawa sesuatu?' Mereka berkata, 'Ya, beberapa buah
kurma'. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian mengam-bilnya dan
mengunyahnya, lalu diambilnya dari mulutnya, kemudian diletakkannya di mulut
bayi itu dan beliau meng-gosok-gosokkannya pada langit-langit mulut bayi itu,
dan beliau menamainya Abdullah'." (HR. Al-Bukhari, 9/587 dalam Al-Aqiqah,
Muslim no. 2144). Dalam riwayat Al-Bukhari, Sufyan bin Uyainah berkata:
"Seorang laki-laki dari sahabat Anshar berkata, 'Aku me-lihat mereka memiliki
sembilan anak. Semuanya telah hafal Al-Qur'an, yakni dari anak-anak Abdullah,
yang dilahirkan dari persetubuhan malam itu, yaitu malam wafatnya anak yang
pertama, yaitu Abu Umair yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencandainya
seraya berkata, 'Hai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan anak burung pipit?'
Dalam riwayat lain disebutkan: "Ia berkata, 'Maka isterinya pun hamil mengandung anaknya, lalu anak itu ia beri nama Abdullah, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam umatku orang yang memiliki kesabaran seperti kesabaran seorang wanita dari Bani Israil'. Kepada beliau ditanyakan, 'Bagaimana beritanya wahai Rasulullah?' Be-liau bersabda, 'Dalam Bani Israil terdapat wanita bersuami yang memiliki dua anak. Suaminya memerintahkannya menyediakan makanan untuk orang-orang yang ia undang.
Dalam riwayat lain disebutkan: "Ia berkata, 'Maka isterinya pun hamil mengandung anaknya, lalu anak itu ia beri nama Abdullah, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam umatku orang yang memiliki kesabaran seperti kesabaran seorang wanita dari Bani Israil'. Kepada beliau ditanyakan, 'Bagaimana beritanya wahai Rasulullah?' Be-liau bersabda, 'Dalam Bani Israil terdapat wanita bersuami yang memiliki dua anak. Suaminya memerintahkannya menyediakan makanan untuk orang-orang yang ia undang.
Para undangan berkumpul di rumahnya. Ketika itu kedua anaknya keluar
untuk bermain, tiba-tiba mereka terjatuh ke dalam sumur dekat rumahnya. Sang
isteri tidak hendak mengganggu suaminya bersama para tamunya, maka keduanya ia
masukkan ke dalam rumah dan ditutupinya dengan pakaian. Ketika para undangan
sudah pulang, sang suami masuk seraya bertanya, 'di mana anak-anakku?'
Isterinya menjawab, 'Di dalam rumah'. Ia lalu mengenakan minyak wangi dan
menawarkan diri kepada suaminya sehingga mereka melakukan jima'. Sang suami
kembali bertanya, 'Di mana anak-anakku?' 'Di dalam rumah', jawab isterinya.
Lalu sang ayah memanggil kedua anaknya. Tiba-tiba mereka keluar memenuhi panggilan.
Sang isteri terperanjat, 'Subhanallah, Mahasuci Allah, demi Allah ke-duanya
telah meninggal dunia, tetapi Allah menghidupkannya kembali sebagai balasan
dari kesabaranku'."
Bila Kamu Sakit,
Maka Dia-lah YangMahaMenyembuhkan
Masih terlintas di benakku saat aku baru berusia empat belas tahun.
Ketika itu, aku selalu mencari-cari kesempatan dan menjauh dari pandangan mata
orang, kenapa? Yah, agar aku dapat menenggak khamar dan menikmatinya hingga
teler. Beberapa tahunpun aku lalui dalam kondisi yang mengenaskan itu. Kini aku
sudah tua dan mencapai usia empat puluh tahun. Pada suatu hari, aku merasa
sangat letih sekali dan sepertinya penyakit telah menggerogotiku dari seluruh
tubuh akibat minuman yang laknat itu, dedengkotnya semua barang busuk.Aku pergi
mendatangi seorang dokter untuk memeriksakan kesehatan. Ketika itu, aku sudah
tidak lagi minum-minum seperti dulu. Aku telah bertaubat sejak beberapa waktu
yang lalu. Ketika sang dokter melihatku dan mengetahui apa yang terjadi
terhadap diriku, dia berkata, “Tidak ada obatnya, kecuali mengkonsumsi barang
yang dulu pernah engkau konsumsi.!” Aku memandanginya sementara letupan emosi
mulai menggambar di wajahku. Namun aku ingat betapa kasih sayang Allah terhadap
para hamba-Nya, karenanya aku berkata kepadanya, “Tidak mungkin, pasti ada
obatnya!!!.”
Dokter itu berdiri dari tempat duduknya karena tercengang dengan ucapanku. Kemudian dia meninggalkanku dan tidak memberikan sepatah jawaban pun. Akhirnya aku keluar dari situ sementara di dalam diriku telah berjanji kepada Allah untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya dan kembali kepada-Nya.Aku tidak berfikir yang lain-lainnya selain harus pergi ke Masjid al-Haram, di Mekkah. Aku mengenakan pakaian ihram dan ketika itu waktu zhuhur. Aku himpun semua kekuatan dengan tekad yang bulat menuju kota Mekkah -semoga Allah memuliakannya-. Beberapa rekanku mengkhawatirkan kondisiku dan lisan mereka menunjukkan keanehan. Dengan mengendarai mobil, aku menuju ke tempat tujuanku. Perjalanan berlangsung selama tiga malam hingga akhirnya aku tiba di masjid al-Haram. Aku kemudian melakukan thawaf dan berdoa kepada Allah agar menyembuhkan penyakitku, kemudian aku meminum air Zam-Zam sembari berkata, “Ya Allah, Engkau perkenankan aku sembuh atau Engkau panggil aku ke hadlirat-Mu!.”
Dokter itu berdiri dari tempat duduknya karena tercengang dengan ucapanku. Kemudian dia meninggalkanku dan tidak memberikan sepatah jawaban pun. Akhirnya aku keluar dari situ sementara di dalam diriku telah berjanji kepada Allah untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya dan kembali kepada-Nya.Aku tidak berfikir yang lain-lainnya selain harus pergi ke Masjid al-Haram, di Mekkah. Aku mengenakan pakaian ihram dan ketika itu waktu zhuhur. Aku himpun semua kekuatan dengan tekad yang bulat menuju kota Mekkah -semoga Allah memuliakannya-. Beberapa rekanku mengkhawatirkan kondisiku dan lisan mereka menunjukkan keanehan. Dengan mengendarai mobil, aku menuju ke tempat tujuanku. Perjalanan berlangsung selama tiga malam hingga akhirnya aku tiba di masjid al-Haram. Aku kemudian melakukan thawaf dan berdoa kepada Allah agar menyembuhkan penyakitku, kemudian aku meminum air Zam-Zam sembari berkata, “Ya Allah, Engkau perkenankan aku sembuh atau Engkau panggil aku ke hadlirat-Mu!.”
Tatkala aku meminumnya hingga
kenyang, aku merasa rongga mulutku bergetar dan seluruh tubuhku
bergoncang-goncang. Setelah itu, aku merasa perlu untuk mengosongkan apa yang
ada di dalam perutku. Lalu aku ke luar menuju pintu Masjid al-Haram. Ternyata,
beberapa bongkah darah keluar dari rongga mulutku. Ketika sudah berhenti, aku
merasakan seakan-akan aku baru dilahirkan kembali. Hal ini membuat imanku
kepada rahmat Allah semakin bertambah. Aku kembali ke tempat sumur Zam-Zam dan
meminumnya lagi hingga kenyang. Setelah itu, aku merasakan rongga mulutku
bergetar kembali dan secepatnya aku keluar menuju pintu al-Haram. Ternyata
beberapa bongkah darah keluar lagi, demikianlah hingga terjadi sebanyak tiga
kali. Kemudian aku merasakan perlunya untuk mengendurkan otot, beristirahat dan
tidur. Begitulah yang terjadi, aku menginap di Masjid al-Haram selama tiga
hari, tidak minum selain air Zam-Zam. Kemudian setelah itu, aku pulang ke
Madinah, tempat kediamanku.
Aku kembali menemui dokter itu untuk check up. Begitu dia memeriksaku, tiba-tiba tangannya bergetar lalu membelalakkan kedua matanya lebar-lebar kepadaku sembari berkata dengan terserak, “Wahai Fulan, sungguh Allah telah memberimu karunia-Nya.”
Yah, Allah berfirman, “Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.s.,?li’Imrân:74)
Aku kembali menemui dokter itu untuk check up. Begitu dia memeriksaku, tiba-tiba tangannya bergetar lalu membelalakkan kedua matanya lebar-lebar kepadaku sembari berkata dengan terserak, “Wahai Fulan, sungguh Allah telah memberimu karunia-Nya.”
Yah, Allah berfirman, “Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.s.,?li’Imrân:74)
Ada Beberapa Balasan Orang Sabar Antara
Lain
· Allah bersama orang-orang yang sabar, dan ini merupakan
kebersamaan secara khusus, yang berarti menjaga, melindungi dan menolong
mereka, bukan sekedar kebersamaan secara umum, seperti firman-Nya,
وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan, bersabarlah kalian, karena Allah
beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal : 46)
·
Allah memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik, seperti firman-Nya,
وَلَنَجْزِيَنَّ
الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan, sesungguhnya Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 96)
·
Orang-orang yang sabar diberi balasan tanpa batas, seperti
firman-Nya,
إِنَّمَا
يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-zumar: 10)
·
Jaminan pertolongan bagi orang-orang yang sabar, seperti
firman-Nya,
بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن
فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ
مُسَوِّمِينَ
Ya (cukup), jika kalian bersabar dan
bertakwa, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya
Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (QS. Ali Imran : 125)
Dan Adapun
Macam-Macam Sabar
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
- Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
- Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
- Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Mungkin hanya ini yang
bisa saya tulis dan sampaikan,mohon ma’af atas segala kesalahan dan keihlapan
dan semoga ap yang saya tulis ini bias bermamfaat bagi yang membacanya.
Sekian …
Wassalamu’alaikum
warohmatullahhiwabarokatuh
Disusun
oleh
M.Husnul
Azmi
153
091 008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar