Minggu, 10 Juni 2012

PENSANTREN DAN MASYARAKAT PESISIR


PENSANTREN DAN MASYARAKAT PESISIR
STUDI PADA PONDOK PESANTREN NURUL JANNAH NW AMPENAN SELATAN KOTA MATARAM

A.LATAR BELAKANG
 “Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal dilautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nnya. Sesungguhnya dia adalah maha penyayang terhadapmu” (al -isra’: 66).Dari keterangan ayat diatas sudah sangat jelas betapa tuhan telah memerintahkan kita untuk mencari karunianya yang ada dilautan.hal itulah yang menyebabkan sangat banyak masyarakat di ampenan yang telah mengikuti seruan tuhan. Dari keterangan ayat diatas pula peneliti dapat menyimpulkan bahwa Laut merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup dimuka bumi. Wilayah laut meliputi dua pertiga bagian dari permukaan bumi. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas 13.000-an pulau. Memiliki garis pantai sepanjang 80.000 km.kenyataan ini memungkinkan munculnya corak kehidupan  yang berkaitan dengan perairan.lingkungan perairan diindonesia dapat di kategrorikan  atas perairan laut yang dikenal dengan nama laut nusantara dan peraiaran darat.karna itu tidak mengherankan apabila disekitar pantai muncul permukiman –permukiman penduduk.sesuai dengan kondisi fisiknya.pemukiman pendududk disekitar pantai itu disebut desa pantai. Umumnya pendududk desa pantai memanfaaatkan perairan laut sebagai sumber penghidupan sebagai nelayan. Pemukiman yang masyarakatnya dominan sebagai nelayan juga disebut masyarakat nelayan.
Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa  wilayah perairan nusantara yang luas ini belum dimanfaatkan secara efektif sebagai ruang kehidupan. Sebagian besar masyarakat nelayan masih menggunakan alat tradisional. 
Dilihat dari perwujudannya, desa pantai yang ada sekarang  merupakan hasil pemahaman penduduk tentang lingkungan dimasa lalu, akan berke mbang terus dimasa-masa mendatang.berdasarkan tingkat perkembangan ini kita telah mengenal corak kehidupannya sebagai hasil adaptasi penduduk secara aktif terhadap lingkungan perairan. Kehidupan masyarakat nelayan yang juga merupakan suatu system budaya juga mempunyai satuan-satuan symbol konstitusi( kepercayaan) , simbul kognitif (pengetahuan), symbol nilai, symbol norma, serta symbol pengungkapan perasaan.
Melihat begitu banyaknya masyarakat pesisir didaerah ampenan, peneliti ingin lebih mengenal kehidupan sehari-hari para nelayan, bagaimana mereka menjalani kehidupannya, serta apa saja kegiatan mereka. Hal inilah yang membuat peneliti mengambil judul Masyarakat Pesisir study kasus pada pondok pesantren Nurul Jannah NW Ampenan selatan. 
B. FOCUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan pokok untuk dikaji .diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana peran pondok pesantren nurul jannah nw dalam memberdayakan masyrakat pesisr di ampenan selatan?
2.    Bagaimana strategi pondok Pesantren Nurul Jannah NW di dalam membangun masyarakat pesisir di desa kampung Banjar Ampenan selatan?

C.  TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana peran pondok pesantren Nurul Jannah NW untuk memeberdayakan masyarakat pesisir yang ada di desa Kampung Banajar ampenen selatan.
2.      Ingin mengetahui strategi pondok Pesantren Nurul Jannah NW  didalam memberdayakan masyarakat Pesisir di Desa Banjar Ampennan Selatan.
Adapun manfaat penelitian ini secara garis besar ada dua yaitu:
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan nantinya mampu mengetahui pengetahuan tentang sejauh mana kehidupan masyarakat pesisir di kampung banjar dalam beradaptasi dengan lingkungannya khususnya lingkungan perairan laut yang merupakan sumber mata pencahariaan bagi masyarakat dan mata kehidupan masyarakat pesisir  khususnya didaerah Ampenan.
2.      Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan suatu informasi kepada khalayak, masyarakat pada umumnya, serta mahasiswa lain pada umumnya serta memberikan inspirasi serta motivasi kepada mahasiswa dalam melakukan penelitian-penelitian yang menyangkut tentang kehidupan masyarakat pesisir.
D. RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN
Ruang lingkup wilayah adalah masyarakat nelayan yang secara administratife  termasuk Jalan energy, Desa Kampung Banjar,Kecamatan Ampenan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.dalam penelitian ini peneliti akan  menggunakan metode penelitian kualitatif peneliti akan membahas tentang hambatan-hambatan masyarakat pesisir ketika mereka melakukan kegiatan kenelayanan, kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat pesisir dalam melakukan kegiatan tersebut.
 Sebagian besar penduduk dikampung banjar ini adalah nelayan yang mengandalkan  lingkungan perairan   laut sebagai sumber penghidupan. Sarana penangkapan ikan yang digunakan umumnya menggunakan perahu dengan mesin temple dan alat tangkapnya adalah jarring.
E. TELAAH PUSTAKA
Sejauh ini peneliti masih belum menemukan bentuk judul skripsi yang serupa atau bahkan yang sama dengan judul skripsi  yang kami teliti yaitu Masyarakat Pesisir study kasus pada pondok pesantren Nurul Jannah NW Ampenan.  khususnya judul skripsi yang ada di fakultas dakwah, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 
KERANGKA TEORITIK
Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18). Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu (Wahjoetomo, 1997: 70).
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.[rujukan?] Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.

Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat antara lain adalah :
  1. Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu.
  2. Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah.

Sedangkan menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu :
  1. Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
  2. Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.
  3. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
  4. Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya
1.      Pengertian Nelayan
Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup didasar kolam maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun laut. Menurut Eidman (1991) ada dua kategori nelayan, yaitu nelayan penggarap, dan nelayan pemilik. Sebenarnya bila kita menengok kedalam habitat pesisir dinegeri kita tercinta Indonesia, terdapat banyak kelompok keidupan masyarakat nelayan. Ada beberapa kelompok masyarakat nelayan diindonesia yaitu: Masyarakat nelayan tangkap, masyarakat nelayan pengumpul dan masyarakat nelayan buruh.
a.       Masyarakat Nelayan Tangkap
 Masyarakat nelayan tangkap adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencahariaan utamanya adalah menangkap ikan dilaut.
b.      Masyarakat Nelayan Pengumpul
Masyarakat nelayan pengumpul adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan, baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang, yang selanjutnya dijual kemasyarakat sekitarnya atau dibawa kepasar-pasar local. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
c.       Masyarakat Nelayan Buruh
Masyarakat nelayan buruh adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir.
POLA KEHIDUPAN NELAYAN
Kegiatan menangkap ikan umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki,baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih bujangan. Kegiatan tersebut tidak memandang usia, melainkan kondisi fisiklah yang menentukan.
Dalam melakukan pekerjaan sebagai nelayan, mereka selalu menggunakan pakaian yang alakadarnya.itupun tidak luput dari perlengkapan sarung untuk menghalau udara dingin dan pakai topi sebagai pelindung dari sengatan matahari dan hujan.
 Penghasilan dan pengelolaan
Pendapatan para nelayan perbulan sulit dihitung secara pasti. Penghasilan para nelayan tersebut dapat dikatakan tidak tetap. Hasil tangkapan kadang-kadang melimpah,cukup, atau bahkan tidak memperoleh ikan atau tidak memadai.
  Pantai merupakan salah satu ekosistem yang berada I pesisir laut. Dipesisir pantai banyak ditemukan desa nelayan, desa atau kampung nelayan merupakan permukiman bagi masyarakat nelayan.Sebagian besar nelayan  kita menggunakan peralatan tradisional. Peralatan tradisional ini berupa kail dan tali pancing,jala, perangkap, dan jarring angkat. Alat yang sederhana ini membatasi gerak-gerik para nelayan. Mereka hanya bisa menangkap ikan diperairan yang dangkal.
TEHNIK MENANGKAP IKAN
Berdasarkan variannya, memancing hanyalah salah satu cara untuk menangkap ikan atau hewan air. Selain dengan cara memancing, ada  beberapa cara menangkap ikan yang lain yaitu;
Dengan tangan
Menangkap ikan dengan tangan dapat dilakukan pada perairan yang dangkal, seperti di sungai kecil. Pengertian menangkap ikan dengan cara menggunakan tangan menjadi meluas dalam istilah memancing.yaitu tanpa menggunakan joran (pancing kail) tetapi juga menggunakn rol pancing dan senar.  
Bagi nelayan  menangkap ikan dengan cara ini kerap digunakan untuk jenis memancing dasar laut(bottom fishing)
Tombak
Menangkap ikan dengan cara menombak lebih mudah dari pada dengan tagan dan cara ini sudah sejak lama di gunakan oleh manusia. Ujung tombak dibuat sedemikian rupa seperti pada mata kail agar ikan yang tertangkap tidak dapat lepas dari mata tombak.
Harpoon
Sekarang cara menangkap ikan dapat  menggunakan alat penangkap ikan berupa tombak yang diberi tali yang panjang. Menangkap ikan dengan cara ini di haruskan menggunakan perahu dengan cara mengejar ikan yang sedang diburu. Harpoon di tembakkan dengan menggunakan sebuah alat pelontar, biasanya alat ini di gunakan untuk menangkap paus. Setelah ikan terkena harpoon, lalu ikan di tarik dan kemudian di angkat keatas geladak kapal.

Tali Pancing
Pada saat  ini cara menangkap ikan paling favorit dan praktis serta dapat dilakukan secara sendirian ialah dengan menggunakan tali pancing yang disebut juga senar.
Jaring
Dilakukan dengan cara menyerok dengan jarring atau menebar jala yang kemudian di angkat, atau dengan memasang jala dengan cara di tunggu selama beberapa waktu tertentu lalu kemudian jala baru di angkat. Atau bisa juga jala diturunkan kelaut sementara perahu berjalan perlahan membentuk suatu lingkaran.
Pukat Harimau
Pukat harimau merupakan alat penangkapan ikan berupa jarring besar yang digerakkan oleh mesin sehingga dapat menaggkap ikan secara besar-besaran.
  1. 1 Metode Penelitian

1.       Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan struktur pendekatan atau desain yang menunjukkan cara mengumpulkan dan menganalisa data agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, secara serasi dengan tujuan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak yang bersifat informasi dan keterangan – keterangan bukan dalam bentuk simbol atau angka.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan pendekatan ini tidak menggunakan banyak proses seperti membuat eksperimen, hitungan dan lain sebagainya. Namun dalam metode ini hanya mengharapkan data berupa hasil observasi, wawancara/  dokumentasi. [1]
Dengan demikian dalam menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti hanya mengharapkan apa adanya dari ucapan atau tulisan prilaku dari dan orang-orang yang menjadi subyek penelitian.
Dalam memaparkan data temuan dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan secara deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata semua data yang diperoleh serta diuraikan secara alamiah (apa adanya).
Metodelogi kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen) metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia tertentu menurut persepektif peneliti sendiri.[2]

2.       Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data tentang penelitian yang di lakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif, maka peneliti  terjun langsung kelapangan, sebab penelitian tersebut akan lebih banyak berbicara masalah fenomena-fenomena atau realita di lapangan yang riil adanya.
Kehadiran peneliti dalam hal ini adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Dialah mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur,  untuk lebih mendapatkan keabsahan data, dan juga manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antara-manusia, membaca gerak muka, menyelami dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekaman atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.[3]
Berkenaan dengan hal tersebut dalam pengumpulan data peneliti berusaha menciptakan hubungan yang akrab agar data yang  dihasilkan valid, maka dalam hal ini peneliti harus memperoleh ijin penelitian dulu dari pihak yang bertanggung jawab sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Untuk mendapatkan data yang  akurat  dan sesuai dengan tujuan penelitian maka hal-hal yang perlu dilaksanakan oleh peneliti di lapangan penelitian dan mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, diantaranya.ketua yayasan, kepala sekolah, dan siswa-siswi pondok pesantren nurul jannah nw.Serta Masyarakat yang ada, dan orang-orang yag dibutuhkan keterangannya berkenaan dengan penelitian ini.
3. Lokasi Penelitian
 Kegiatan pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di desa kampung banajar kelurahan ampenan selatan kecamatan ampenan kota mataram. Berhubung pondok pesantren nurul jannah nw terletak di daerah pesisir dan letaknya di notabennya masyarakat yang sebagian besar penduduknya adalah bermata pencahariaan sebagai nelayan.

4.      Sumber data

Sumber data maksudnya disini adalah darimana data atau informasi itu didapat. Dalam buku “penelitian naturalistik/kualitatif menjelaskan bahwa : “Sumber data adalah peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar sebagai mana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja.[4]
Adapun yang menjadi sumber data adalah sebagai berikut :
1..ketua yayasan pondok pesantren nurul jannah nw ampenan selatan
2. kepala desa kampung banjar ampenan selatan
3. siswa-siswi pondok pesantren nurul jannah nw ampenan selatan

5. Metode Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir, baik untuk mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan oleh para peneliti (dalam ilmu pengetahuan), metode yang digunakan. Sehubungan dengan penentuan metode ini maka ketetapan ketentuan dan memilih metode merupakan hal yang sangat penting. Dalam mengumpulkan data di lapangan peneliti menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1.            Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Adapun jenis-jenis observasi itu yaitu :
Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan bagian dalam yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan di observer. Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota kelompok yang akan di observasi. Sedangkan Observasi non partisipan adalah observasi yang dilakukan dengan cara tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.[5]
Observasi non partisipan observer hanya memerankan diri sebagai pengamat , sedangkan dalam observasi partisipan observer berperan ganda, sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati. Dalam penelitian sosial keagmaan observasi partisipan lebih memungkinkan bagi peneliti untuk mudah menggali data dalam persepektif subjek yang di teliti ( inner perspctive ).[6]
Adapun metode observasi yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah metode observasi partisipan, karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian sosial keagamaan sehingga peneliti lebih mudah mendapatkan data yang  valid yang terkait dengan penelitian ini.
Adapun data yang ingin didapati oleh peneliti dalam observasi partisipan ini adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di ampenan selatan
2. 
Maka dalam hal ini yang menjadi pokok observasi peneliti adalah melihat secara langsung bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di daerah ampenan serta bagaimana
2.      Metode Wawancara
Wawancara /interview adalah “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara  (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[7]
Maka dari pendapat di atas peneliti pahami bahwa metode wawancara adalah suatu metode yang dilakukan untuk mendapatkan data  melalui percakapan langsung dengan responden. Adapun jenis-jenis wawancara sebagai berikut :
a.       Wawancara Bebas
      Wawancara bebas adalah proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari  fokus penelitian dan interviewer (orang yang diwawancarai)
b.      Wawancara Terpimpin
   Wawancara Terpimpin ini juga disebut interview guide controlled interview atau structured interview, yaitu wawancara menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang  diteliti.
c.       Wawancara Bebas Terpimpin
      Wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ia ternyata menyimpang. Pedoman interview berfungsi sebagai pengendali jangan sampai proses wawancara kehilangan arah.
Dalam usaha mencari data di lapangan, peneliti menggunakan wawancara/interview bebas terpimpin, sebab data yang dibutuhkan sangat kompleks / banyak. Adapun yang peneliti wawancarai untuk mencari data adalah sebagai berikut

1.Pengurus pondok pesantren nurul jannah nw ampenan selatan
2.Masyarakat  yang ada di desa tersebut
3. Tokoh Masyarakat didesa tersebut
3.  Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat Lengger dan agenda.[8]
Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang :
1.      Keadaan masyarakat desa kampung banjar
2.      Data tentang kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat pesisir didesa kampung banjar.

5. Tekhnik Analisis data

Proses selanjutnya setelah data-data terkumpul adalah menganalisa data-data yang sudah terkumpul tersebut. Analisa data adalah “proses smengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.[9]
Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis ini lebih merupakan “pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompok-kelompokkan. Jadi, penyusunan teori ini berasal dari bawah keatas, yaitu sejumlah bagian yang banyak data yang dikumpulkan dan yang saling berhubungan.[10]
Maka dari pendapat inilah peneliti akan menganalisa data yang sudah  terkumpul untuk dibahas, ditafsirkan dan dikumpulkan secara induktif  yang berarti suatu teknik analisa data yang berangkat dari hal-hal yang khusus menuju hal-hal yang umum sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang terjadi, mengingat penelitian ini hanya menampilkan data-data yang berupa ungkapan dan tidak menggunakan analisa statistik.
Tekhnik yang dilakukan dalam melakukan analisis data ini adalah. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah / diuraikan secara khusus untuk kemudian menyimpulkan dalam bentuk umum / general.
6. Validasi Data
Agar memperoleh data yang benar-benar valid atau sah maka untuk menjaga keabsahan data yang sudah ada atau di peroleh, maka peneliti menggunakan tekhnik Trianggulasi dan memperpanjang masa observasi.
1. Trianggulasi adalah mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain.[11]
2. Memperpanjang masa observasi. Hal ini dilakukan untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan yang baik dengan orang-orang dilokasi penelitian.[12]hal ini juga peneliti lakukan jika tedapat kekurangan data maka peneliti langsung terjun kembali kelapangan untuk menyempurnakan data agar data yang didapatkan bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya.






[1]
[2] Husain Usman. Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta PT. Bumi Aksara . 2003), h.81
[3] Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung :Tarsito,2003),h.9
[4] Ibid h. 9
[5] Margono,S.Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Reneka Cipta: 2003 ), h.161
[6] Imam Suprayogo. Tobroni, M.Metodologi penelitian sosial agama (Bandung: Remaja Rosda Karya  2003),h.170
[7] Moleong,L.J.. Metodologi penelieian kualitatif  (Bandung : PT.Remaja RosdaKarya 2002), h.135
[8] Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta.: PT. Bumi Aksara 2003),h.206
[9] Moleong,L.J. Metodologi h.103

[10] Ibid h. 56
[11] Nasution,Metode Penelitian.h,115
[12] Ibid.h.114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar