Minggu, 16 Oktober 2011

Gorengan, Enak tapi Mematikan


Gorengan, Enak tapi Mematikan
oleh m.awaludin
jurusan komunikasi penyiaran islan  IAIN mataram
Makanan apa yang paling banyak diidamkan banyak orang tapi harganya sangat murah? Gampang, sebagian besar orang mungkin akan menjawab gorengan. Makanan yang digoreng alias gorengan merupakan salah satu makanan yang tidak sehat tapi kini sudah jadi budaya masyarakat kota.
Gorengan yang mengandung banyak lemak dan kolesterol, seringkali menjadi pemicu berbagai macam penyakit, seperti jantung dan stroke. Mengonsumsi gorengan yang lazim dijual di pinggir jalan dan di banyak tempat di Tanah Air memang sangat berisiko. Makanan gorengan umumnya dimasak dengan minyak goreng hasil pengulangan dalam suhu tinggi dan dalam jangka waktu lama (deep frying). Makanan jenis inilah yang sesungguhnya memberikan kontribusi tertinggi terhadap asupan asam lemak trans. Asam lemak jenis ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, salah satunya adalah penyakit jantung koroner.
Asam lemak trans memiliki ikatan rangkap yang terdapat di dalam minyak atau lemak cair. Asupan lemak trans yang tinggi di atas enam persen dari energi total secara terus menerus bisa berakibat buruk pada banyak hal. Menurut Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Miranti Gutawa, pengaruh negatif asam lemak trans lebih besar dari asam lemak jenuh dan kolesterol. Konsumsi asam lemak trans akan menaikkan kadar kolesterol jahat dan bisa menurunkan kadar kolesterol baik. Asam lemak trans mempunyai efek negatif dua kali lipat dibanding asam lemak jenuh. Menurut Institute of Food Science and Technology pada 2004, setiap peningkatan satu persen asam lemak trans dapat meningkatkan kadar LDL sebesar 0,04 mmol per liter dan menurunkan kadar HDL sebanyak 0,013 mmol per liter.
Asam lemak trans juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Pasalnya, konsumsi asam lemak trans pada ibu hamil dapat mengganggu asupan asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh calon bayi. Sebuah studi menunjukkan, wanita di negara yang mengonsumsi asam lemak trans tinggi akan menghasilkan ASI dengan kadar asam lemak trans sebesar 2 persen hingga 5 persen dari total asam lemak susu. European Community Multicenter Study on Antioksidant Myocardial Infraction and Breast Cancer (EURAMIC) menemukan hubungan positif antara konsumsi asam lemak trans dengan kanker payudara pada wanita yang telah mengalami menopause.
Jumlah asam lemak trans dapat meningkat di dalam makanan berlemak, terutama akibat dari proses pengolahan yang diterapkan. Proses pemakaian minyak jelantah dapat meningkatkan kadar asam lemak trans. Itu berarti makanan yang dihasilkannya pun mengandung asam lemak trans. Hal itu bisa dihindari dengan penggunaan minyak goreng secukupnya, sehingga tidak ada minyak goreng sisa. Secara alami, asam lemak trnas diproduksi oleh sisa metabolisme hewan. Secara sintesis asam lemak dapat terbentuk akibat hidrogensi asam lemak, sehingga menyebabkan terjadinya isomerisasi ikatan rangkap bentuk alami menjadi bentuk isomer trans.
Asupan asam lemak trans penduduk Indonesia diperkirakan sangat tinggi. Hal ini terkait dengan kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan yang digoreng. Sedangkan di masyarakat kalangan menengah ke atas penggunaan margarin merupakan penyumbang asam lemak trans. ”Pengunjung restoran siap saji makin banyak,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Fahmi Idris, di Jakarta beberapa waktu lalu. Fahmi menjelaskan, tren di Indonesia khususnya anak-anak adalah merayakan ulang tahun di restoran siap saji. Bahkan, untuk makan sehari-haripun mereka selalu ingin makan fast food.
Kesibukan orang, gaya hidup yang diterapkan pada anak, seolah-olah membuat empat sehat lima sempurna hilang, dan itu berbahaya buat jantung. Padahal, empat sehat lima sempurna merupakan makanan yang sangat sehat untuk segala jenis penyakit.
Tak hanya junk food atau makanan cepat saji, gorengan pun kini menjadi makanan yang sudah membudaya di masyarakat perkotaan, gorengan sepertinya sudah menjadi makanan yang identik dengan masyarakat Indonesia. Tidak hanya di desa, bahkan di kota pun sudah menjadi budaya, padahal makanan ini sama halnya dengan junk food yang tidak sehat.
Seperti dilansir dari situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), makanan yang kaya karbohidrat atau tepung yang mengalami penggorengan atau proses pemasakan dengan suhu yang tinggi dapat merangsang pembentukan senyawa karsinogenik yang menjadi pemicu kanker, yaitu akrilamida. Dosis tertentu akrilamida juga beracun bagi sistem saraf manusia.
Selain itu, gorengan yang tinggi lemak akan membuat seseorang rentan terserang batuk dan memperlambat pengosongan lambung. Lemak akan merangsang tenggorokan dan membuatnya gatal sehingga mudah terserang batuk.
Gorengan juga tidak baik bagi penderita maag, karena dengan adanya lemak, lambung akan cepat terisi tapi lebih lambat dicerna, alhasil seseorang akan merasa sudah kenyang dan tidak akan cepat lapar padahal baru makan dalam porsi sedikit. Hal ini membuat kerja lambung akan terganggu.
Profesor Hiromi Shinya MD, pakar enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine AS, seperti dikutip dari karangannya, ‘The Miracle of Enzyme’ mengatakan, jika merasa tidak mungkin berhenti mengonsumsi makanan gorengan, sebaiknya mulailah untuk menguranginya secara bertahap hingga akhirnya terbebas dari makanan gorengan.
Bagaimana jika terpaksa harus makan gorengan?
  1. Jika terpaksa makan gorengan singkirkan lapisan tepungnya dan sebisa mungkin tidak menyantap bagian yang berminyak.
  2. Tapi jika tidak bisa menahan diri menyantap bagian luarnya yang berminyak, berusahalah untuk mengunyahnya dengan baik. Mengunyah dengan baik akan mencampur makanan berminyak dengan air liur yang membantu menetralisir asam lemak trans hingga kadar tertentu. Mengunyah makanan hingga 30 kali akan membantu mengeluarkan air liur lebih banyak. Mengunyah dengan baik juga membantu penyerapan makanan meski dalam jumlah yang sedikit.
Postingan ini saya muat dalam rangka untuk mengingatkan saya, karena tadinya termasuk maniak gorengan. Walaupun belum bisa meninggalkannya tapi beberapa tahun ini sudah mulai mengurangi. Bagaimana dengan anda, apakah penyuka gorengan juga? Referensi : health.detik.com, www.who.in, www.acehforum.or.id

Hati-hati Apabila Makan Gorengan.

Kesehatan
Siapa yang tak kenal jajanan yang satu ini? yah gorengan selalu dapat menjadi teman disaat santai sambil melakukan aktivitas lain seperti membaca, menonton film sampai kegiatan nongkrong di warung-warung kopi bersama rekan-rekan. Namun tahukah anda bahwa mengkonsumsi cemilan yang satu ini secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan? Jika belum, coba simak dan mulai saat ini hati-hati apabila makan gorengan.

Kadang kita temui gorengan yang dijual di pinggir-pinggir jalan maupun tempat favorit kita memiliki warna yang hitam tak seperti biasanya, bahkan saat dipegangpun teksturnya keras dan saat itu juga kita bergumam " koq gak kayak kemarin-kemarin ya?". Nah itu adalah tanda-tanda bahwa gorengan yang akan anda beli bermasalah.

Bisa jadi gorengan tersebut adalah sisa dari dagangan kemarin yang tidak habis, dan digoreng lagi oleh penjualnya. Dan tidak disitu saja, warna hitam yang kadang kita temui di gorengan tersebut adalah hasil penggorengan dari minyak yang sudah dipakai berulang kali atau kita lebih akrab menyebutnya dengan minyak jelantah. Lanjut permasalahan juga timbul apabila pembungkus dari gorengan tersebut adalah kertas bekas ataupun kantong plastik berwarna yang sudah terbukti tidak aman untuk dijadikan pembungkus makanan.

Berikut adalah potensi bahaya yang ditimbulkan saat kita mengkonsumsi gorengan menurut Kepala BPOM Palembang M Ali Bata Harahap seperti dikutip okezone.com, minggu (21/02)

Bahaya Minyak Jelantah.
Kualitas minyak jelantah menurun dari minyak goreng baru. Minyak jelantah mengeluarkan kandungan polimer yang dapat terserap dalam makanan berupa asam lemak trans. Dan dalam minyak jelantah terdapat zat radikal bebas, seperti peroksida dan epioksida yang mutagen dan karsinogen sehingga berisiko terhadap kesehatan manusia. Misalnya saja, gangguan peroksida pada minyak jelantah mengakibatkan pemansana suhu tinggi hingga menggangu kesehatam, terutama yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol.

Bahaya Kertas Bekas Pembungkus Makanan.
Kertas bekas seperti koran, majalan atau ketas yang sudah tercampur tinta sangat berbahaya bagi tubuh manusia karena di dalam tinta terdapat timbal yang bersifat racun. " Bila terkena panas atau minyak gorengan, tinta dapat larut dalam makanan" Ungkap M Ali Bata Harahap.

Bahaya Akut Jangka Pendek.
Gorengan yang telah tercemar timbal apabila dimakan dapat menyebaban rasa terbakar pada mulut dan kerongkongan, pengeluaran air liur secara berlebihan, sakit perut disertai rasa mulas yang hebat, muntah, diare dengan tinja berwarna hitam, berdarah, susah buang air besar, merasa kelelahan, gangguan tidur, gelisah, lekas marah, gangguan ginjal, gangguan otak dengan penglihatan, kesemutan, kejang hingga mengalami kelumpuhan. " Kematian dapat terjadi akibat gagal jantung" katanya.

Bahaya Kronis Jangka Penjang.
Bila tertelan, paparan timbal yang dikonsumsi berulang dalam jangka lama meski dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan akumulasi dalam jaringan tubuh, yaitu pada tulang gigi, hingga ke otak dan dapat pula menimbulkan efek pada ginjal, hati, darah, saraf, alat reproduksi dan endokrin dari sistem kekebalan tubuh. " Tahap awal dari keracunan timbal ditunjukkan dengan kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan" tambahnya.


Nah, bahaya-bahaya diatas mudah-mudahan dapat menjadikan saya dan pembaca semua lebih berhati-hati apabila mengkonsumsi gorengan, ada baiknya kita memilih kertas pembungkus seperti kertas minyak yang memang dibuat sebagai tempat atau wadah makanan. Atau apabila di tempat favorit kita tidak menyediakan, alangkah baiknya apabila kita membawanya sendiri dari rumah. [agusta27]


Diedit terakhir pada Selasa (23/02) Pkl. 13.52 WIB untuk kalimat "ketas yang sudah tercampur tinta sangat tidak berbahaya bagi tubuh" menjadi "ketas yang sudah tercampur tinta sangat berbahaya bagi tubuh". Terima Kasih untuk
Pakde Sulas dan saya mohon maaf atas kesalahan penulisan ini.
http://www.agusta27.info/2010/02/hati-hati-apabila-makan-gorengan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar